Kenaikan harga BBM pasti berdampak pada berbagai harga kebutuhan masyarakat karena langsung berpengaruh pada faktor distribusi

Jakarta - Pakar ekonomi dari Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan, peringatan Menko Perekonomian bahwa inflasi akan mencapai di atas pertumbuhan ekonomi memang perlu diwaspadai.

"Kalau kita lihat sampai pada triwulan dua year to date sudah mencapai 4,95 persen, maka memang sangat terbuka ruang inflasi di atas itu. Sangat mungkin, akan kita lihat di angka inflasi September nanti," ujar Imron Mawardi kepada Koran Jakarta, Rabu (14/9).

Menurut Imron, kenaikan harga BBM pasti berdampak pada berbagai harga kebutuhan masyarakat karena langsung berpengaruh pada faktor distribusi.

Meskipun BBM memiliki multiplier effect, lanjutnya, namun yang langsung terkena tentu biaya distribusi. Dengan biaya produksi yang meningkat karena bahan baku ongkos ngangkut sampai ke pabrik akan mendorong harga naik," ujarnya.

Dia memperingatkan, pemerintah perlu mewaspadai penurunan daya beli yang akan berdampak pada angka kemiskinan.

"Yang perlu diwaspadai ketika inflasi membuat daya beli turun, pemerintah harus menjaga progran bantalan sosial supaya efektif dalam menjaga jumlah orang miskin agar tidak bertambah besar. Karena setelah pandemi jumlah orang miskin kita sudah meningkat dari 25 juta menjadi 26 juta orang," tuturnya.

Imron menambahkan, rencana pemerintah untuk melakukan upaya ekstra atau extra effort dalam mengantisipasi dampak inflasi belum cukup. Antisipasi utama yang dibutuhkan adalah menjaga iklim usaha agar bisnis bisa tetap berjalan.

"Langkah seperti operasi pasar itu sifatnya jangka pendek. Ketika harga naik supply ditambah, tapi dalam jangka panjang itu tidak bisa diandalkan. Justru yang penting adalah menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif," tegasnya.

Baca Juga: