Penurunan harga BBM bersubsidi seperti akan sulit diikuti dengan penyesuaian harga di masyarakat yang telah naik pascakenaikan pertalite dan solar subsidi.

JAKARTA - Pemerintah didesak untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebab harga minyak dunia sudah turun.

Pertamina telah menyesuaikan harga BBM nonsubsidi, namun BBM bersubsidi, pertalite tak kunjung turun. Padahal, operator swasta pesaing Pertamina telah menurunkan harga BBM dengan RON setara pertalite.

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menyebut harga minyak dunia saat ini sudah turun menyentuh angka 74 dollar AS per barel. "Mohon kiranya Pimpinan DPR dapat mendorong, mendesak pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi seperti pertalite dan solar. Karena harga minyak dunia saat ini sudah merosot tajam dari puncaknya 120 dollar AS per barel, sekarang sudah menyentuh sekitar 74 dollar AS per barel," ujarnya, dalam interupsinya pada Rapat Paripurna DPR RI di Senayan, Jakarta, Selasa (10/1).

Lebih lanjut, menurut Mulyanto, harga BBM sekelas pertalite milik operator BBM swasta seperti Revo 90 dan BP90 kini bahkan sudah turun. Karena itu, masyarakat kini menunggu penurunan harga BBM bersubsidi seperti pertalite dan solar.

"Operator swasta sudah menurunkan harga komoditas BBM-nya termasuk Pertamina untuk yang nonsubsidi. Bahkan untuk BBM sekelas pertalite seperti Revo 90 juga BP90 sudah menurunkan harganya. Akhirnya, masyarakat bertanya-tanya, kapan (harga) pertalite 90 ini turun?" lanjurnya.

Dia pun menyoroti meningkatnya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2022 yakni sebesar 5,51 persen (yoy). Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan IHK 2021 sebesar 1,87 persen (yoy) dan lebih tinggi dari sasaran di rentang 2-4 persen.

Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga BBM pada September 2022. Karena itu, Legislator Dapil Banten III ini menilai penurunan harga BBM bersubsidi diperlukan untuk dapat kembali meningkatkan daya beli masyarakat di tengah risiko inflasi tinggi.

"Karenanya, untuk meringankan beban masyarakat dan meningkatkan daya beli mereka, mohon kiranya pimpinan (DPR) dapat mendorong dan mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan penurunan harga BBM bersubsidi," pungkasnya.

Awal tahun ini, PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, kembali melakukan penyesuaian harga jual produk-produk BBM nonsubsidi atau jenis bahan bakar umum (JBU). Harga baru yang berlaku per 3 Januari 2023 pukul 14.00 WIB. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, di Jakarta pekan lalu.

Erick menjelaskan harga BBM nonsubsidi bersifat fluktuatif sehingga dievaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar. Pertamina melakukan penyesuaian harga mengikuti tren harga minyak dunia dan harga rata-rata publikasi minyak.

"Pada dasarnya, harga BBM nonsubsidi sudah seyogianya harga pasar, namun untuk membuktikan bahwa pemerintah hadir, maka pada kebijakan sebelumnya ketika harga minyak dunia tinggi pemerintah meminta Pertamina untuk tidak menaikan harga. Sehingga saat ini, ketika harga minyak dunia di level 79 dollar AS per barel, saya bersama Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Direktur Utama Pertamina akhirnya menggelar rapat untuk memproyeksikan dan menentukan harga BBM yang baru ke masyarakat," jelas Erick.

BBM Berkualitas

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan perusahaan berkomitmen penuh menyediakan dan menyalurkan BBM berdasarkan prinsip availability, accessibility, affordability, acceptability dan sustainability.

"Kami terus berkomitmen menyediakan pasokan produk BBM berkualitas diseluruh wilayah Indonesia," ungkap Nicke.

Baca Juga: