Untuk bisa mengatasi virus korona, semua pihak harus bekerja sinergis. Masyarakat harus bahu-membahu dengan kapasitas masing-masing membantu mengatasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Warga yang dengan disiplin berada di rumah, sudah sangat membantu upaya pemberantasan virus korona.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, ditugasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 yang ditetapkan pada 13 Maret 2020.

Untuk mengetahui strategi apa yang telah dan akan dilakukan pemerintah dalam mengatasi pandemi virus korona, wartawan Koran Jakarta, Yolanda Permata Putri Syahtanjung dan Muhammad Umar Fadloli, berkesempatan mewawancarai tertulis dan merangkum apa yang disampaikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, dalam beberapa kesempatan terpisah, di Jakarta, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya.

Bagaimana agar masyarakat tidak terserang virus korona?

Dalam menghadapi pandemi korona, masyarakat harus tetap menjaga kesehatan medis. Harus makan dengan menu bergizi, cukup istirahat, pikiran tak boleh kalut, panik. Hati harus gembira dan optimistis. Ini sangat membantu masyarakat.

Kalau psikologis bisa dijaga, imunitas bangsa kita akan kuat. Dengan imunitas tubuh yang bagus, akan membuat masyarakat menjadi lebih kuat menghadapi Covid-19.

Apa yang harus dilakukan masyarakat jika mengalami gejala Covid-19?

Masyarakat hendaknya menggunakan aplikasi berobatonlineyang kini sudah bisa diakses lewat ponsel. Ini dilakukan untuk mencegah warga pergi ke rumah sakit. Kini sudah ada 15 juta pelanggan berobatonline. Ini sudah sangat membantu berkurangnya jumlah pasien yang datang ke rumah sakit.

Kapan prediksi puncak penyebaran virus korona di Indonesia?

Masukan dari Badan Intelijen Negara (BIN), estimasi jumlah kasus di akhir Maret adalah 1.577 dan ini relatif sangat akurat karena memiliki akurasi 99 persen. BIN berhasil menghitung perkiraan kasus korona pada akhir Maret mencapai 1.577 orang. Faktanya, jumlahnya mencapai 1.528 orang. Kemudian, estimasi akhir April mencapai 27.307 kasus positif. Sedangkan akhir Mei sebanyak 95.451 kasus.

Puncaknya (wabah virus korona di Indonesia) kira-kira berada pada akhir Juni dan akhir Juli. BIN memprediksi pada akhir Juni mencapai 105.765 kasus positif serta akhir Juli terdapat 106.287 kasus positif. Tapi ini estimasi. Prediksi BIN bisa meleset. Kalau kita bisa melakukan langkah-langkah pencegahan. Mudah-mudahan kasus yang terjadi tidak seperti apa yang diprediksi.

Wilayah mana yang berisiko tinggi terserang virus korona?

Sebanyak 49 persen wilayah yang kemungkinan besar terkena virus korona berada di Pulau Jawa. Sehingga kita harus secara bersama-sama, seluruh lapisan masyarakat, pejabat hingga aparat bekerja sama memutus mata rantai penyebaran virus korona.

Bagaimana rumah sakit untuk penaganan virus korona?

Dengan keterbatasan rumah sakit, meski pemerintah sudah berusaha maksimal, termasuk dengan rumah sakit swasta yang sudah mulai mendaftarkan diri, ini saja tidak cukup. Masyarkat denganorang dalam pemantauan(ODP) ringan atau tanpa gejala ini yang harus kita ingatkan.

Anak-anak muda yang jadicarrier(pembawa), tapi dia tidak merasa, ini yang harus diingatkan. Pemisahan antara orang muda dan orang-orang yang memiliki kerentanan harus jadi prioritas, terutama di desa-desa yang belum ada kasus sama sekali. Diharapkan orang tua yang punya kerentanan dan masyarakat dengan imun rendah bisa diselamatkan.

Bagaimana keadaan Wisma Atlet Jakarta?

Untuk Wisma Atlet Jakarta, awalnya kami berpikir akan membeludak. Ternyata sampai sekarang jumlahnya belum mencapai 500 dari kapasitas untuk tahap pertama 2.400 tempat tidur. Mudah-mudahan jumlah ini bisa dipertahankan. Artinya dengan kemampuan yang ada kita masih bisa menerima warga yang sakit.

Bagaimana distribusi alat pelindung diri (APD)?

Peta distribusi APD tiap provinsi, termasuk alasan kenapa jumlahnya tidak sama perlu saya jelaskan lagi. Sekali lagi, kami melaporkan betapa sulitnya APD saat ini. Bukan hanya Indonesia, tapi negara sekelas Amerika Serikat (AS) pun tidak punya APD yang memadai.

Saya ulang lagi, APD yang kami terima beberapa minggu lalu adalah upaya pemaksaan terhadap industri tekstil dan yang membantu kami adalah TNI. Kalau waktu itu tidak ada upaya ambil alih APD maka hari ini korbannya lebih besar.

Kami bersyukur anggota Bea Cukai berhasil membatalkan ekspor sebanyak 205 ribu ke Korea Selatan dan itu legal karena kontrak sudah terjadi jauh hari sebelumnya. Kita selama ini produksi APD, tapi bahan bakunya 100 persen dari negara pemesan. Sehingga kita harus kerja 3-4 kali lebih berat dari waktu normal.

APD ini tidak hanya diberikan kepada rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk. Karena ternyata sebagian dokter yang praktik di luar rumah sakit, mereka terpapar. Yang sangat berbahaya adalahorang tanpa gejala(OTG). Delapan dokter gigi kita tertular dari pasien yang berobat. Padahal, mereka bukan pasien Covid-19, tapi periksa gigi.

Oleh karena itu, kami mewajibkan seluruh dokter untuk menggunakan APD berstandar. Hanya dengan itu mereka bisa kita berikan perlindungan. Meski saat ini banyak sekali industri atau home industry untuk merancang APD. Namun, kami bilang agar standardisasi APD di medis tidak dibenarkan menggunakan APD kelas dua. Harus APD dengan standar paling bagus.

Bagaimana dengan upaya produksi sendiri APD?

Berkat kerja sama sejumlah pihak, baik perguruan tinggi, Kemenkes, dan peneliti, kami kemungkinan besar akan memproduksi APD dengan bahan baku lokal yag telah mendapat sertifikasi dari WHO. Dengan begitu ketergantungan kita untuk dapat bahan baku APD dari luar negeri bisa teratasi.

Sejauh ini bagaimana persediaannya?

Sampai sekarang (red. Senin/6/4), gugus tugas telah menerima 570 ribu APD dan terdisribusi sebanyak 390 ribu APD ke seluruh daerah. Adapun yang terakhir tiba siang ini 105 ribu. Kita prioritaskan segera didistribusikan terutama di rumah sakit yang terdampak.

Kami mengajak kawan-kawan media untuk mengontrol, mengawasi proses distribusi APD, termasuk ke rumah sakit yang selama ini tidak melakukan kegiatan terhadap Covid-19, tapi ternyata dokter-dokternya ada yang terpapar. Pengadaan APD menjadi prioritas bukan hanya kepada para dokter garis depan untuk melayani pasien Covid, tapi semua dokter.

Harapan untuk masyarakat dalam menangani wabah korona?

Saya minta seluruh elemen masyarakat, baik di akar rumput hingga ke tataran pejabat, bersatu padu mendukung seluruh kebijakan pemerintah dalam menangani wabah korona. Kita sekarang berada pada satu rangkaian kereta api, lokomotif depannya adalah Presiden Jokowi.

Kita berada di gerbong-gerbong yang berbeda. Manakala di antara itu ada yang terjatuh maka bisa jadi gerbong lain akan terguling. Saya mengajak para tokoh, baik di pusat maupun daerah, termasuk para pimpinan partai untuk mendukung kebijakan politik negara. Apalagi, virus korona belum diketahui kapan akan berakhir meski sejumlah pakar dari beberapa lembaga telah melaporkan prediksi kepada Presiden Jokowi.

Meski demikian, seluruh ketahanan baik daya tahan di bidang kesehatan, ekonomi, dan moralitas bangsa tetap dibutuhkan. Oleh karenanya, persatuan dan kesatuan menjadi modal utama kita karena dengan bersatu maka segala kesulitan bisa diatasi.

Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini seperti apa penerapannya?

Untuk PSBB, Presiden Jokowi menekankan pentingnya secara teknis diatur baik sehingga tidak ada perbedaan pandangan pusat dan daerah. Kemudian, disusun sejumlah protokol yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam melaksanakan PSBB.

Intinya, daerah dalam melakukan PSBB tidak boleh menimbulkan perbedaan dengan daerah lain, termasuk kebijakan nasional. Hal itu termasuk kemudahan-kemudahan akses masih tetap diberikan kepada aktivitas masyarakat dengan memperhatikan sosial distancing dan physical distancing.

Berarti akan ada yang mengontrol di lapangan?

Ada penegakan hukum dari aparat yang berwenang, namun demikian kami berharap pendekatannya, kedisiplinan. Pendekatan kesadaran kolektif untuk bisa memahami kenapa pemerintah melakukan berbagai hal untuk melakukan pembatasan kegiatan masyarakat.

Soal penggunaan masker sebagaimana anjuran WHO seperti apa?

Menyangkut masalah masker, Presiden Jokowi memerintahkan penggunaan masker sesuai dengan anjuran WHO. Beberapa waktu sebelumnya, WHO mengatakan yang menggunakan masker hanya yang sakit saja. Ternyata sekarang ada anjuran baru, semua warga diharapkan bisa menggunakan masker, terutama di tempat umum.

Semua harus memakai masker?

Imbauannya, masker medis hanya digunakan dokter dan perawat atau pihak-pihak yang berada di garis depan. Sementara masyarakat bisa memakai masker dari bahan kain dan bahan lain. Intinya, saat berkomunikasi tidak terjadi percikan saat berbicara.

Apa yang akan Anda lakukan untuk menyosialisasikan ini agar bisa mencegah penyebaran Covid-19?

Gugur tugas tidak hanya dari unsur pemerintah, tapi gabungan TNI, Polri, dan banyak pihak. Ada ulama, budayawan, seniman, dan tokoh muda. Kami bergabung di sini dari seluruh komponen masyarakat. Kita harus membangun kolaborasi berbasis komunitas. Mari tunjukan tanggung jawab kita dalam mengimplementasikan semangat Pancasila, gotong royong, bela negara sesuai dengan Pasal 20 UUD 1945.

Bagaimana dengan mudik Lebaran 2020?

Sayangi diri Anda, sayangi keluarga Anda. Dengan cara tidak mudik kali ini. Karena kehadiran Anda di kampung halaman dapat menyebabkan orang-orang yang Anda kasihi dan sayangi terpapar virus korona. Bagi yang sudah terlanjur mudik, secara sukarela melapor kepada ketua RT/RW atau kepala desa dan lurah serta selama 14 hari karantina diri di tempat yang telah disiapkan sesuai protokol kesehatan.

Bagaimana persiapan dari pemda?

Persiapan pemda sudah ada. Hampir semua pemda telah mempersiapkan diri. Saat ini diharapkan ujung tombak yang terdepan adalah para kepala desa. Kepala desa bisa memanfaatkan karang taruna, posyandu, PKK, dan unsur TNI-Polri seperti Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk bersama-sama melakukan isolasi mandiri bagi warga yang baru tiba.

Apa sudah menyiapkan tempat karantina khusus?

Di beberapa daerah sudah berjalan. Saya selaku kepala gugus tugas menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para kepala desa, lurah, dan kepada daerah yang sudah melakukan ini. Bagi yang belum, kami imbau agar bisa bekerja sama di tingkat yang paling rendah.

N-3

Baca Juga: