Pentingnya gerakan memilah sampah di masyarakat, meski pemerintah telah membangun beberapa tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menekankan pentingnya gerakan memilah sampah di masyarakat, meski pemerintah telah membangun beberapa tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).
"Kami harapkan masyarakat tetap melakukan gerakan pilah sampah, karena itu yang utama," kata Kepala DLH Bantul Bambang Purwadi di Bantul, Rabu.
Menurut dia, dengan masyarakat melakukan gerakan pemilahan sampah sesuai dengan jenis sampah, maka dapat meringankan beban tenaga pilah yang ada di sarana pengelolaan sampah, misalnya di TPST Argodadi yang beroperasi dua bulan lalu.
"Karena di TPST Argodadi proses pemilahan sampah masih mempekerjakan dengan tenaga manusia, jadi kalau dari rumah tangga sampah itu sudah terpilah, maka beban petugas kita yang kerja di TPST akan sangat terbantu," katanya.
Dia juga mengatakan, dengan sampah yang sudah terpilah, maka masyarakat bisa mengolah atau mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai, sementara sampah plastik yang tidak mudah terurai, bisa diangkut ke TPST untuk diproduksi bahan bakar alternatif atau refuse derived fuel (RDF).
"Jadi kuncinya pilah sampah sendiri, dan ini bisa memperlancar proses lebih lanjut. Karena seperti RDF itu bahan bakunya harus dari plastik, semakin banyak plastik yang masuk ke TPST, tentu volume RDF akan meningkat," katanya.
Dia mengatakan, terlebih produksi sampah rumah tangga di seluruh Bantul rata-rata sekitar 50-an ton per hari, sementara kapasitas pengolahan sampah di beberapa TPST Bantul saat ini masih sekitar 40-an ton per hari.
"Produksi sampah di Bantul untuk saat ini sekitar 50-an ton, sementara yang tertangani diTPST40 ton, makanya kita masih terus agar bagaimana budaya milah sampah dilakukan masyarakat. Dan kita berharap TPST Modalan segera kita operasikan," katanya.