Apa kira-kira langkah superdarurat? Shut down! Kalau akhirnya ini yang ditempuh, semata-mata karena berbagai langkah gagal total menekan penularan.

Untuk tingkat provinsi, pekan-pekan terakhir ini, DKI Jakarta hampir selalu menjadi "juara" terkait jumlah orang terinfeksi Covid-19. Malahan, angkanya bersaing dengan tingkat nasional. Minggu (6/9) kemarin, misalnya, sampai pukul 18.00 jumlah terinfeksi di DKI Jakarta sudah mencapai 1.176, sedangkan angka nasional 3.444. Akumulasi terinfeksi di DKI jadi 46.333.

Tak heran, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sempat berujar, "Kondisi Jakarta sangat mengkhawatirkan." Kekhawatiran tidak hanya jumlah terinfeksi yang terus naik, tetapi juga angka positivity rate, yang sepekan terakhir di kisaran 7,4 persen. Semoga saja, pernyataan Anies tersebut bukan potret sebuah sikap putus asa. Sebab, berbagai langkah yang diambil Anies seakan tidak mampu menekan angka terinfeksi. Sebaliknya, jumlahnya justru terus meningkat.

Selama ini, untuk menekan penularan virus korona, DKI Jakarta, antara lain telah menerapkan kebijakan ganjil genap. Kemudian, terus memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar, serta pembatasan penumpang umum. Semua tidak berhasil menekan penularan korona. Malahan, ganjil genap yang membuat orang pindah ke angkutan umum, dituding berperan menaikkan penularan sehingga diminta dievaluasi.

Itulah kondisi Jakarta! DKI tengah menghadapi permasalahan serius terkait pandemi Covid-19. Apalagi munculnya kabar terbaru yang sungguh menambah miris. Tak lain adalah informasi bahwa 67 rumah sakit (RS) rujukan sudah penuh akibat meroketnya warga terinfeksi. Jika ini benar adanya, akan menjadi beban baru di luar peningkatan penularan Covid-19 itu sendiri.

Sebab, akan ke mana lagi para terinfeksi untuk mencari tempat berlabuh andai RS sudah penuh? Hal ini harus benar-benar sangat urgen dicarikan solusi.

Sebanyak 67 RS rujukan untuk pasien Covid-19 akan ditambah RSUD Cengkareng dan RSUD Pasar Minggu. Keduanya akan menjadi RS khusus yang juga menangani Covid-19.

Malahan Kepala Dinas Kesehatan DKI, Widyastuti, akan menambah agar ada 11 RS rujukan. Meroketnya terinfeksi di Jakarta memang harus segera diantisipasi dengan menyediakan kamar rawat. Apa pun caranya, tengah dikerjakan Widyastuti, termasuk jika terpaksa menggandeng RS swasta yang menjadi mitra DKI.

Dinkes DKI sendiri menargetkan memiliki 5.450 tempat tidur atau bed khusus pasien Covid-19. Rinciannya, 4.800 tempat tidur di ruang isolasi dan 650 lainnya di Intensive Care Unit (ICU). Sementara, saat ini DKI baru memiliki 4.566 tempat tidur khusus pasien korona. Rinciannya, 4.054 di kamar isolasi dan 513 lainnya di ruang ICU.

Sepertinya DKI perlu langkah superdarurat untuk mengerem laju penularan korona karena kebijakan yang diterapkan tadi, tak berhasil atau malahan sama sekali gagal. Apa kira-kira langkah superdarurat? Shut down! Kalau akhirnya ini yang ditempuh, semata-mata karena berbagai langkah gagal total menekan penularan.

Yang dimaksud adalah menghentikan pergerakan manusia di Jakarta selama dua hari di tiap pekan selama sebulan. Misalnya, Senin dan Selasa seluruh aktivitas warga dihentikan total. Tidak ada kantor buka. Tidak ada transportasi berjalan. Tidak ada warung buka. Tidak ada mal buka. Pendeknya, seluruh aktivitas tutup. Apalagi tetangga DKI, seperti Kota Bogor juga mendukung, seperti pernah diungkapkan Wali Kota Bogor, Bima Arya. Artinya, seluruh kegiatan ekonomi, politik, perkantoran dilakukan dari rumah.

Hanya, Pemprov DKI perlu mengeluarkan anggaran untuk memasok sembako yang cukup untuk dua hari kali empat pekan dalam sebulan. Langkah ini perlu diambil karena masyarakat bandel-bandel (tambeng-tambeng). Mereka tetap berkerumun dan tidak mengenakan masker. Nah, penegakan hukum menjadi panglima selama shutting down. Kerahkan polisi, militer, satpol PP, pegawai kelurahan, pegawai kecamatan, RT, dan RW untuk menjadi mandor.

Jika ada yang keluar rumah, denda atau beri sanksi setinggi-tingginya. Yang boleh keluar hanya tenaga medis, orang mau melahirkan, dan sakit keras. Sakit yang bisa dirawat di rumah, tidak boleh keluar. Ini mungkin banyak ditentang, tetapi perlu dicoba. Siapa tahu, ada hasilnya. ν

Baca Juga: