Penanggulangan air minum tercemar limbah domestik dilakukan langsung ke sumbernya. Pencemaran bakteri E.coli mungkin terjadi, terutama dari air tanah.

JAKARTA - Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta memperkuat program pengembangan dan pengelolaan limbah domestik untuk menindaklanjuti hasil penelitian bahwa 70 persen sumber air Indonesia, termasuk Jakarta tercemar tinja.

Penguatan tersebut dengan membuat Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T). Demikian menurut Kepala Subkoordinator Urusan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Dinas SDA DKI Jakarta, Sarah Dewi, Senin (14/11).

Selain itu, mengampanyekan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S). Untuk SPALD-T skala permukiman tahun 2019 sampai 2022, Dinas SDA DKI Jakarta sudah membangun 25 fasilitas. Untuk skala perkotaan, DKI merencanakan pengembangan "Jakarta Sewerage System."

Untuk pengelolaan SPALD-T, kata Sarah, terbagi dalam 15 zona. Ini terdiri dari 14 zona baru dan satu zona telah ada. Untuk SPALD-T skala perkotaan telah tersedia di zona 0 dengan pengolahan terpusat di Instalasi Pengelolaan Air Limbah Domestik (IPALD) Setiabudi dan Krukut.

Menurutnya, untuk percepatan peningkatan pelayanan, SPALD-T juga didukung dengan skala permukiman yang dibangun dan dikelola pemerintah yang sudah tersedia di sejumlah lokasi. Dinas SDA DKI Jakarta juga terus mengampanyekan SPALD-S skala individual dengan menekankan satu rumah tangga punya satu tangki septik.

Sampai Tahun Anggaran 2022 sudah terbangun kurang lebih 3.000 tangki septik. Kemudian pembangunan SPALD-S skala komunal melalui pembangunan MCKdan tangki septikkomunal. Untuk SPALD-S ini, DKI memiliki fasilitas pengangkutan dan pengolahan lumpur tinja oleh Perumda PAL Jaya dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di dua lokasi untuk melayani wilayah barat dan timur.

"IPLT tersebut terletak di Duri Kosambi untuk wilayah barat dan di Pulo Gebang untuk wilayah timur," katanya. Sarah menambahkan, pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah menjadi salah satu syarat pemenuhan perizinan bangunan di Jakarta."Hal tersebut bertujuan untuk dapat menjaga lingkungan dan mengurangi risiko pencemaran air permukaan maupun air tanah akibat limbah domestik maupun nondomestik," tandas Sarah.

Langsung ke Sumber

Sementara itu, menurut Kepala Subkoordinator Urusan Perencanaan Geologi, Konservasi dan Air Baku Dinas SDA DKI Jakarta,Elisabet Tarigan, pasokan air bersih Jakarta baru terlayani jaringan perpipaan 65 persen. Maka, penanggulangan air minum yang diduga tercemar limbah domestik masyarakat dilakukanlangsung dari sumbernya.

???"Pencemaran oleh bakteri E.coli masih mungkin terjadi. Terlebih air minum yang bersumber dari tanah. Maka, penanganannya dilakukan dari sumbernya," jelas Elisabet. Ini ditempuh melalui penguatan program pengembangan dan pengelolaan air limbah domestik.

Kemudian, mengampanyekan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan. Selain itu, tidak membuang sampah ke sungai atau sumber air lainnya. Gunakan deterjen ramah lingkungan. "Dinas juga mengajak masyarakat rutin membersihkan sumber air serta menanam pohon," kataElisabet.

Untuk wilayah yang mengalami kekurangan air bersih seperti Utara Jakarta dilayani melalui kios air dan master meter/meter induk. Sedangkan di Jakarta Selatan masih memanfaatkan air tanah. DKI juga meningkatkan pelayanan air bersih untuk masyarakat agar mampu memasok 100 persen kebutuhan air bersih.

Baca Juga: