Jerman akhirnya akan memasok senjata berat ke Ukraina pada Selasa (26/4) setelah berminggu-minggu ragu yang membuat reputasi negara tersebut tercoreng di kancah internasional. Akibat keraguannya Jerman bahkan sempat dipertanyakan mengenai komitmennya terhadap keamanan Eropa setelah invasi Rusia.

Sebelumnya, Jerman menghadapi protes baik dari dalam maupun luar negeri setelah Kanselir Olaf Scholz menolak tawaran perusahaan senjata Jerman Krauss-Maffei Wegmann untuk menjual 50 Gepard yang dapat 'cepat' dipasok ke Ukraina jika pemerintah federal mengizinkannya.

Adapun tawaran itu pertama kali diusulkan perusahaan senjata tersebut pada Februari tahun ini.

Dailymail melaporkan Scholz, yang partainya secara tradisional memelihara hubungan dekat dengan Rusia, berpendapat bahwa akan memakan waktu terlalu lama untuk melatih tentara Ukraina menggunakan senjata yang pada akhirnya akan membuatnya tidak berguna.

Scholz juga mengatakan Jerman tidak memiliki senjata untuk dijual dan bahwa mengkhawatirkan dampak buruk pengiriman senjata yang dapat memprovokasi Putin.

Akibat pernyataan Scholz, beberapa negara mulai mempertanyakan komitmen Jerman terhadap janji pertahanan timbal balik Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) karena argumen yang digunakan untuk menghindari pasokan ke Ukraina juga dapat digunakan untuk tidak menerapkan janji tersebut.

Scholz yang juga enggan untuk melarang pengiriman minyak dan gas Rusia yang menjadi sandaran ekonomi Jerman juga telah membuatnya dituduh sebagai kaki tangan Rusia dan merusak keamanan Eropa.

Tetapi di bawah tekanan kuat dari sekutu internasional Jerman serta mitra koalisinya sendiri, Scholz sekarang tampaknya telah memutuskan untuk mengubah arah.

Jerman akan mengajukan sebuah rencana ke parlemen yang meminta pemerintahnya untuk melanjutkan dan mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina apabila memungkinkan.

"Peralatan akan diperluas untuk mencakup 'pengiriman (dari) senjata berat dan sistem yang kompleks," ujar draf dokumen yang ditunjukkan kepada AFP.

Dokumen yang sama akan menunjukkan bahwa tentara Ukraina akan dibawa ke Jerman dan negara-negara NATO lainnya sehingga mereka dapat dilatih cara menggunakan senjata.

Tetapi tekanan telah meningkat untuk mengubah taktik, terutama sejak negara-negara lain - yang dipimpin oleh AS dan Inggris - telah mulai memasok senjata yang lebih berat ke Kyiv.

DailyMail mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpendapat Ukraina membutuhkan senjata untuk merebut kembali wilayah yang telah direbut Rusia dan mencegah kekejaman seperti yang diderita oleh warga sipil di bagian-bagian negara yang diduduki seperti Bucha dan Irpin.

Baca Juga: