Usaha mencari lima karyawan PT Istaka yang ditembak kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) membuahkan hasil. Tim menemukan satu jasad korban.

JAYAPURA - Tim gabungan TNI/Polri yang dikerahkan mencari lima karyawan PT Istaka Karya (Persero) yang ditembak kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), menemukan satu jenazah di sekitar kawasan Gunung Tabo, Distrik Yall, Kabupaten Nduga. Korban ditemukan sekitar 500 meter dari lokasi awal ditemukannya jenazah lain.

"Jenazah yang belum dipastikan identitasnya itu hingga kini belum dibawa dari Mbua, namun sudah berada di pinggir jalan sehingga memudahkan anggota untuk mengevakuasi pada Senin (10/12)," kata Danrem 172/PVY, Kolonel Inf Binsar Sianipar, di Jayapura, Minggu (9/12).

Dengan ditemukan satu korban ini berarti tercatat empat karyawan PT Istaka yang belum ditemukan. Sianipar mengakui untuk mencapai lokasi korban, medannya cukup sulit karena diduga saat insiden, korban lari ke arah kanan. Pencarian akan terus dilakukan hingga keempatnya ditemukan.

Ketika ditanya apakah ada batas waktu untuk mencari para korban, Danrem Jayapura mengatakan, tidak ada batas waktu sehingga aparat keamanan akan mencari hingga mereka ditemukan. Dengan ditemukannya jenazah korban pembantaian kelompok OPM itu maka tercatat 18 orang meninggal terdiri dari 17 warga sipil dan satu anggota TNI.

Kelompok OPM yang dipimpin Egianus Kogoya, Minggu (2/12) membunuh 17 karyawan PT Istaka Karya yang sedang mengerjakan pembangunan jembatan di Distrik Yall.

Harapan Keluarga

Keluarga korban berharap anggota TNI/Polri terus mencari hingga menemukan anak mereka setelah penembakan oleh kelompok OPM di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, Minggu (2/12). "Sampai saat ini belum ada informasi apakah anak kami masih hidup atau sudah meninggal," kata Gazali, ayah Muh Ali Akbar, di Perumnas Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu.

Sebanyak empat korban yang masih dinyatakan hilang. Satu ditemukan tapi belum diketahui identitasnya. Tiga korban di antaranya warga Makassar, yakni Muh Ali Akbar, Hardi Ali, dan Petrus Ramli. Dua lainnya, yakni Simon Tandi dan Riki Simanjuntak. Data dari Penerangan Kodam XVII Cendrawasih jumlah korban 28 orang, tujuh di antaranya selamat, 17 telah ditemukan meninggal dunia, dan empat belum diketahui keberadaannya.

Gazali mengemukakan pihak keluarga sangat berharap aparat keamanan menemukan anaknya, baik dalam keadaan hidup maupun meninggal dunia. Salah satu korban penembakan, Fais Syaputra, jenazahnya sudah dipulangkan dan telah dimakamakan di pekuburan umum Sudiang.

"Almarhum Fais bersama anak saya dan dua temannya berangkat bersama-sama 3 minggu lalu. Sejak keberangkatan mereka belum ada komunikasi sampai sekarang. Kami sangat berharap mereka ditemukan," katanya yang didampingi istrinya, Dewi.

Gazali menjelaskan Ali adalah anak keempat dari lima bersaudara. Anaknya itu dikenal mudah bergaul dan berkomunikasi dengan siapa saja. Kepergiannya ke Papua karena diajak rekannya untuk bekerja di sana. Sejak berangkat ke Papua, kata Angel (adik kandung korban Petrus Ramli), ada firasat ketika melihat kakaknya terakhir kali. "Barusan ini dia (Petrus Ramli) peluk saya, biasanya tidak begitu, langsung saja pergi," katanya.

Sementara itu, Fadillah Aulia Lukman (istri korban penembakan, Fais Syaputra) ketika ditemui di Perumnas Sudiang Jalan Takalar, Kecamatan Biringkanaya, menceritakan awal keberangkatan suaminya yang tidak mau foto bersamanya. "Dia bilang tidak usah foto-foto berdua sebelum berangkat. Almarhum juga mau hapus tatonya kalau nanti sudah pulang ke Makassar," kata Fadillah.

Ia mengatakan suaminya berangkat bersama Ali dan Hardi serta Ramli. Fais Syaputra diketahui memiliki hubungan keluarga dengan Petrus Ramli yang membawanya bekerja ke Papua. Almarhum telah dimakamkan pada hari Sabtu (8/12) di TPU Sudiang.

Sebelumnya, sebanyak 16 peti jenazah korban penembakan di Papua tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin, Jumat (7/12), dengan pesawat Hercules.

n eko/Ant/N-3

Baca Juga: