Pemerintah perlu melakukan berbagai terobosan untuk mengatasi kendala logistik untuk hasil komoditas jagung.

JAKARTA - Kendala logistik menjadi penyebab utama masalah jagung. Adanya disparitas menjadi masalah utama sehingga mengerek harga jagung. Karena itu, pemerintah diminta menyelesaikan masalah logistik ini agar masalahnya tidak berlarut-larut.

Rektor IPB (Institut Pertanian Bogor), Arif Satria, mengatakan disparitas antara lokasi jagung pakan ternak dan peternak, dan disparitas bahwa jagung bersifat musiman dan kebutuhan pakan bersifat harian. "Harus ada terobosan mengatasi logistik ini, dan kita harus tahu kebutuhan jagung ini kadang bisa untuk pakan, maupun konsumsi langsung," ujarnya, akhir pekan lalu, saat dalam rapat Sinkronisasi Data Jagung bersama Kementan (Kementerian Pertanian) dan BPS (Badan Pusat Statistik).

Dia menambahkan, saat ini tercatat ada selisih produksi dan kebutuhan jagung sehingga diperkirakan surplus sekitar dua juta ton. Jadi, dengan surplus ini benar-benar harus kita lakukan verifikasi surplus di mana saja. Arif menekankan harga bukan satu-satunya indikator untuk melihat kondisi stok pasar.

"Kita harus melihat keberadaan barang di mana. Data yang sudah disajikan surplus perlu terus divalidasi. Langkah Kementan untuk lakukan ground check sangat bagus agar data-data akurat," beber Arif.

Terkait kondisi hulu dan hilir, menurutnya, harus terintegrasi, harus ada pola pemusatan produksi di kawasan tertentu supaya semakin dekat antara suplai bahan baku dan industri. Hal ini akan mengurangi alokasi biaya transportasi. "Dalam jangka menengah perlu dipikirkan sentra industri jagung dan peternak yang komprehensif," terang Arif.

Deputi Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS), Habibulloh, menyebutkan pihaknya bersama beberapa instansi terkait sekarang mencoba mengembangkan metode KSA (kerangka Sampling Area) jagung. "Seluruh Indonesia kita lakukan amatan tiap bulan. Kita juga melakukan perbaikan-perbaikan seperti terkait kadar air jagung saat dipanen. Saya rasa ini forum sangat bagus, semua berkumpul di sini menyinkronkan supaya memiliki data jagung untuk bersama," tandas Habibulloh.

Validasi Data

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyebut jagung saat ini ditanam oleh 4,2 juta rumah tangga petani. Dengan luas tanam 4,15 juta hektare setahun, produksi 15,9 juta ton dan kebutuhan 14,3 juta ton, terdapat carry over stok 2020 sebesar 1,42 juta ton sehingga stok akhir Desember 2021 lebih dari 2 juta ton.

Dia meminta data jagung harus faktual, sesuai kondisi lapangan. "Lakukan ground check lapangan, diverifikasi dan validasi. Data ini penting untuk pengambilan keputusan dan supaya menyiapkan agenda SOS, temporary agenda dan permanen agenda. Mulai Oktober ini harus ada lompatan," pinta Mentan, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Berdasarkan pemantauan stok oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP), kondisi stok jagung nasional pada pekan IV atau per 20 September 2021 mencapai 2.750.072 ton. Adapun sebarannya meliputi 856.897 ton atau 31 persen berada di pabrik pakan, 744.250 ton atau 27 persen di pengepul, 423.502 ton (15 persen) di agen, 288.305 ton (11 persen) di pengecer, 276.300 ton (10 persen) di usaha lain (Pakan Mandiri), dan sisanya 6 persen di industri pangan, rumah tangga, dan lain-lain.

Baca Juga: