Disparitas harga bahan pokok cukup tinggi antarwilayah disebabkan beberapa faktor, seperti bencana alam, sentra produksi dan distribusi yang tidak merata, serta perbedaan biaya logistik di daerah.

JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan disparitas harga bahan pokok yang cukup tinggi antara wilayah menjadi masalah utama saat ini. Dengan berbagai siasat, lembaga pembina sektor perdagangan itu terus mencari cara untuk menekan perbedaan harga.

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, menegaskan pemerintah akan selalu berupaya meningkatkan distribusi barang kebutuhan pokok (bapok) sehingga dapat menurunkan biaya logistik di seluruh wilayah Indonesia melalui berbagai kebijakan dan program. Dengan begitu, ketahanan pangan serta kesejahteraan para petani, peternak, dan nelayan akan selalu terjaga.

"Kemendag bahu-membahu dengan lembaga terkait untuk menjaga ketahanan pangan. Dengan itu, konsumen juga dapat menikmati ketersediaan pangan dengan pasokan yang cukup serta harga yang terjangkau secara merata," jelas Mendag dalam webinar Jakarta Food Security Summit ke-5, Rabu (18/11).

Menurut Mendag, saat ini masih ada beberapa bapok yang mengalami disparitas harga cukup tinggi antarwilayah. Hal ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya bencana alam, sentra produksi dan distribusi yang tidak tersebar secara merata, dan variasi biaya logistik di daerah.

Untuk mengatasi itu, lanjutnya, Kemendag meneluarkan kebijakan berupa program Gerai Maritim. Program ini merupakan kegiatan mendistribusikan barang, khususnya bapok dari sentra produksi/ industri di pulau-pulau besar ke daerah Terpencil, Terluar, dan Perbatasan (3TP).

Tujuan utama Gerai Maritim adalah menurunkan atau mengurangi disparitas harga antardaerah. Melalui program ini, yang merupakan bagian dari program Tol Laut, pemerintah memberikan subsidi biaya port-to-port rata-rata 40-50 persen dari biaya freight per kontainer.

Pada 2020, terdapat 67 daerah yang dilalui Tol Laut dan Gerai Maritim. Sedangkan pembangunan Depo Gerai Maritim dilaksanakan di 14 kabupaten, khususnya di daerah 3TP. Sedikitnya 50 daerah merasakan manfaat positif program ini.

Selama masa pandemi ini Kemendag telah memanfaatkan platform niaga elektronik sebagai strategi jangka pendek dan jangka menengah-panjang untuk menjaga stabilitas harga bapok. Kemendag juga telah memperluas akses keuangan petani dan nelayan melalui pemanfaatan instrumen Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas.

Stok Aman

Dari sisi hulu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus menegaskan keamanan stok pangan hingga akhir tahun ini. Panen raya beberapa waktu lalu membuat lembaga penanggung jawab sektor produksi pangan tersebut optimistis harga beras tak akan melonjak.

Menteri Pertanian, Syharul Yasin Limpo, mengatakan program yang paling terkonsentrasi selama pandemi Covid-19 ini adalah kesiapan beras pada 2020 hingga 2021. Disebutkannya, produksi beras dari Januari-November mencapai 31 juta ton, sementara konsumsi beras pada 2020 sebesar 20 juta ton.

Dengan begitu, masih ada stok tujuh juta ton yang cukup untuk konsumsi hingga awal 2021. "Stok beras awal kita mulai dari 5,9 juta ton dan kita sudah melakukan musim tanam 1 dan 2. Insya Allah beras kita akan aman," katanya.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengajak pelaku usaha membantu menciptakan ketahanan pangan. Salah satu inovasi teknologi yang perlu terus dikembangkan terkait ketahanan pangan adalah prasarana penyediaan air. Sebab, tanpa ketersediaan air, proses tanam bisa gagal alias puso.

Cara ini juga bagian dari upaya menekan harga pangan, sebab ketersediaan air sangat rentan. ers/E-10

Baca Juga: