Pandemi Covid-19 belum usai, masyarakat diminta tidak lalai dan terus secara ketat menerapkan protokol kesehatan.

JAKARTA - Pemerintah menyiapkan skenario penanganan kasus jika terjadi kenaikan drastis penularan varian baru virus korona, Omicron. Skenario penanganan itu diterapkan berdasarkan perubahan jumlah kasus harian, tingkat perawatan di rumah sakit, dan tingkat kematian.

"Pemerintah siapkan langkah- langkah forward looking atau bahasa tentaranya kontingensi, tindakan-tindakan darurat manakala itu terjadi," kata Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga Koordinator PPKM Jawa-Bali dalam konferensi pers daring disiarkan YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin (20/12).

Luhut mengatakan pemerintah akan menggunakan ambang batas 10 kasus per juta penduduk per hari atau setara 2.700 kasus per hari. "Kami akan mulai pengetatan ketika kasusnya melebihi 500 dan 1.000 kasus per hari.

Pengetatan lebih jauh akan dilakukan ketika tingkat perawatan RS dan tingkat kematian di nasional maupun provinsi kembali mendekati threshold level 2," kata Luhut.

Luhut mengatakan pemerintah akan terus mengawasi pergerakan masyarakat, terlebih menjelang libur Natal dan Tahun Baru. Dia juga menyoroti jumlah wisatawan yang naik cukup signifikan dibanding pekan lalu.

"Pemerintah terus mewaspadai hal ini dengan mendorong seluruh pemerintah daerah beserta Forkompimda setempat agar kembali mengontrol kebijakan penerapan PeduliLindungi yang saat ini penggunaan mingguannya turun di 74 persen kabupaten kota di Jawa-Bali," kata Luhut.

Euforia Berlebihan

Luhut mengingatkan pandemi Covid-19 belum usai. Karena itu, dia meminta keadaan tak diperparah dengan kelalaian dalam menerapkan protokol kesehatan dan euforia berlebihan karena terjadi penurunan kasus.

"Masyarakat tolong perhatikan ini. Tak ada urusan suku, pangkat, apa semua, ini kita semua sama dengan penyakit ini. Kalau tak kompak, kita bisa jadi korbannya. Saya mengajak kita semua berdoa dan melakukan yang terbaik," kata dia. Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyatakan kasus Covid-19 akibat varian baru Omicron di dunia kini telah berkembang delapan kali lebih cepat hanya dalam kurun waktu sepekan terakhir.

"Jadi, kenaikan (kasus Omicron) lebih dari delapan kali lipat dalam sepekan di dunia," kata Budi. Menkes menuturkan terhitung sejak dua pekan yang lalu, jumlah kasus Omicron di dunia yang terdeteksi masih sebanyak 7.900. Namun, jumlah tersebut naik dengan pesat menjadi 62.342 kasus pada pekan lalu.

Akibatnya, jumlah negara yang telah terinfeksi varian tersebut ikut bertambah menjadi 97 negara setelah dua pekan lalu hanya ada 72 negara. Bertambahnya jumlah negara tersebut kemudian ikut mengubah posisi negara dengan kasus Omicron tertinggi di dunia. "Jadi, sudah mulai terjadi pergeseran populasi Omicron dengan paling banyak ada di Eropa," ujar Budi.

Menkes menyebutkan negara yang saat ini memiliki kasus tertinggi adalah Inggris sebanyak 37.000 kasus. Diikuti Denmark 15.000 kasus, Norwegia 2.000 kasus, Afrika Selatan sebanyak 1.300 kasus, serta Amerika Serikat sebanyak 1.000 kasus.

Lebih lanjut, dia menekankan telah terbukti bahwa kemampuan netralisasi virus pascainfeksi dan imunisasi menjadi menurun akibat adanya Omicron dibandingkan dengan jenis varian Covid-19 yang lainnya. Sehingga, ada kemungkinan besar beberapa orang yang sudah divaksinasi lengkap maupun telah mendapatkan booster, tetap bisa tertular Omicron.

Oleh sebab itu, guna mempersiapkan diri bila Omicron semakin banyak berkembang di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat mempercepat vaksinasi untuk menghadapi kemungkinan masuknya Omicron ke dalam komunitas lokal tanpa memilih jenis vaksin yang diedarkan.

Pihaknya akan memperkuat protokol kesehatan dengan penerapan aplikasi Peduli Lindungi. Melalui aplikasi itu, akan terlacak lokasi mana yang disiplin atau tidak menerapkan protokol kesehatan.

Baca Juga: