JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan koreksinya pada awal pekan ini. Data pelambatan aktivitas manufaktur dan inflasi nasional diperkirakan masih menjadi sentimen kuat yang menghalangi IHSG bergerak ke zona hijau.

Analis Phillip Serkuritas Indonesia, Joshua Marcius, memprediksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (4/7), bergerak di rentang support 6.682 dan resistance 7.005. Menurutnya, rilis data inflasi pada Juni lalu sebesasr 4,35 persen secara tahunan (yoy) masih menjadi sentimen utama.

Joshua menambahkan tingkat ini sudah berada di atas proyeksi analis dan pasar. Namun, angka tersebut melampaui target inflasi dalam asumsi makro pada 2022 di kisaran 2-4 persen.

Sebelumnya, IHSG menjelang akhir pekan lalu, terkoreksi yang dipimpin saham-saham sektor transportasi dan logistik. IHSG ditutup melemah 117,25 poin atau 1,7 persen ke posisi 6.794,33. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 17,61 poin atau 1,78 persen ke posisi 974,33.

"PMI Manufaktur Indonesia turun menjadi 50,2 di mana ini merupakan level terendah dalam 10 bulan terakhir. Hal ini menjadi salah satu alasan pendorong pelemahan IHSG hari ini," kata Financial Expert Ajaib Sekuritas M Julian Fadli dalam ulasannya di Jakarta.

Dibuka menguat, IHSG tak lama melemah dan menghabiskan waktu di zona merah hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih belum mampu beranjak dari teritori negatif sampai penutupan bursa saham.

Sepanjang jam perdagangan hari ini, saham yang mengalami penguatan terbesar diantaranya ESTI, UFOE, NANO, WMPP, CAKK. Sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan terbesar diantaranya ARTO, MPOW, HRUM, UNTR, PNLF.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, seluruh sektor terkoreksi dimana sektor transportasi & logistik turun paling dalam yaitu minus 4,31 persen, diikuti sektor perindustrian dan sektor barang baku masing-masing minus 3,02 persen dan minus 2,99 persen.

Baca Juga: