JAKARTA - Sebanyak dua inovasi layanan publik yang dibuat Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) masuk dalam top 99Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP). Kedua inovasi itu sudah dipresentasikan di hadapan para tim penilai KIPP, salah satunya adalah samarium untuk terapi paliatif kanker (Suntik).

Demikian diungkapkan Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan, dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (7/7). "Suntik merupakan inovasi layanan publik dari Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)," katanya.

Menurut Anhar, samarium bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit berlebihan pada penderita kanker stadium lanjut. Samarium dapat menggantikan morfin yang selama ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penderita kanker.

"Dengan samarium,memungkinkan para penderita kanker dengan stadium lanjut dapat terus melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terhalang oleh rasa sakit yang berlebihan," ujarnya.

Kepala PTRR, Rohadi Awaludin mengatakan dalamkenyataannya, angka kejadian kanker di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dari 1,4/1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,8/1000 penduduk pada tahun 2018. Mayoritas penderita kanker di Indonesia terdeteksi sudah pada stadium lanjut.

"Berdasarkan data WHO bahwa penderita kanker pada stadium lanjut sebanyak 66 persen atau 2/3 mengalami nyeri akibat kanker yang telah metastasis ke tulang, sehingga mereka memerlukan pereda nyeri untuk meningkatkan kualitas hidup mereka," ujar Rohadi.

Selama ini, kata dia, pereda nyeri yang digunakan adalah morfin. Namun akan berdampak mengganggu kesadaran dan memberikan efek ketagihan. Kerena morfin ini tidak mampu bertahan lama, maka harus diberikan setiap hari.

"Karena alasan itulah, Batan memproduksi samarium untuk pengganti morfin sebagai pereda nyeri pada penderita kanker yang sudah bermestatasis ke tulang. Dengan samarium bisa meredakan nyeri dalam waktu yang lama dan efek sampingnya sangat ringan," katanya.

Menurut Rohadi, inovasi Suntik sudah dimulai sejak tahun 2017 dan terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari segi penggunaan maupun jumlah rumah sakitnya. Rumah sakit yang menggunakan samarium pada tahun 2017 sebanyak dua rumah sakit meningkat menjadi empat rumah sakit pada 2018, dan lima rumah sakit pada tahun 2019.

"Keberhasilan inovasi ini tidak terlepas dari dukungan beberapa pihak. Penggunaan samarium diharapkan mampu memberi harapan baru kepada para penderita kanker, khususnya stadium lanjut. Samarium yang diinjeksikan kepada penderita kanker dapat meredakan rasa sakit dalam waktu lama sehingga dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara normal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya," ujarnya. ags/N-3

Baca Juga: