Kalau karut-marut alur distribusi tidak dibenahi, harga pangan bisa naik lebih tinggi lagi sehingga memicu lonjakan inflasi tinggi pada sektor pangan.

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penguatan literasi penggunaan sistem informasi digital bagi para petani, pelaku usaha, dan stakeholder untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengelolaan dan distribusi tanaman pangan.

Selama ini, salah satu masalah utama yang membuat harga pangan di dalam negeri sangat mahal karena buruknya rantai pasok.

Direktur Jenderal Tamanam Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan sistem informasi digital dalam mendukung distribusi pengelolaan tanaman pangan yang efisien memiliki peran penting. Melalui sistem informasi digital, dapat dengan mudah memantau posisi dan perkembangan bahkan pendistribusian tanaman pangan dari pusat produksi ke daerah yang membutuhkan.

"Sistem distribusi yang efisien sesuai era teknologi modern ini harus didukung oleh IT, harus terpetakan, sekarang sudah masif di sektor tanaman pangan bagaimana mendistribusikan dari pusat-pusat sentra produksi kepada tempat-tempat yang membutuhkan sudah pakai tracking," ujar Suwandi, di Jakarta, Minggu (18/9).

Managing Director Logisticsplus Internasional, Mochammad Taufik Natsir, mendukung upaya Kementan karena sistem informasi digital sangat mendukung industri pertanian sektor tanaman pangan. Sistem informasi mendukung beberapa hal seperti pemantauan dan perkembangan harga, proses, sumber daya, dan lainnya.

"Di banyak sektor khususnya di tanaman pangan, jelas bahwa kita perlu menghasilkan produk yang laku dijual ke masyarakat dan dikonsumsi dengan baik oleh masyarakat. Untuk mencapai itu, produk harus lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat. Khusus produk tanaman pangan semakin segar, tanaman pangan ada di pasar maka harganya akan semakin bagus," ujar Taufik.

Tepat Waktu

CEO PT Marine Asia Pasifik, Mudjiyono Ridjan, menjelaskan implementasi teknologi informasi pada industri pertanian sektor tanaman pangan sangat penting untuk segera mungkin diterapkan. Pasalnya, aplikasi teknologi informasi dalam membangun pertanian yang berkelanjutan adalah menyiapkan informasi pertanian tepat waktu dan relevan.

"Selain itu, dengan sistem informasi digital dapat dengan mudah dan transparan memberikan informasi pengambilan keputusan untuk berusaha tani, memperbaiki akses petani dengan cepat, manajemen sumber daya dan pemasaran, dan mempromosikan hasil produksi," jelasnya.

Dalam kesempatan lain, Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, menegaskan harga pangan otomatis terkerek naik seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Karena itu, selain perlu menambah nilai bantalan sosial (bansos), pemerintah harus membuat distribusi pangan lebih lancar.

"Sebab, kalau alur distribusi ini tidak dibenahi maka kenaikan harga pangan akan lebih tinggi lagi, yang memicu lonjakan inflasi yang tinggi pada sektor pangan," pungkas Huda.

Baca Juga: