Menilik kembali akhirnya pembelajaran tatap muka (PTM) dilaksanakan dengan rencana yang terlihat sangat 'dipaksakan'. Anggota Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka) Ahmad Rizali menilai PTM terbatas ditengah pandemi Covid-19 terkesan dipaksakan.

Dugaan itu muncul dikarenakan ada kepentingan ekonomi di balik kebijakan tersebut.

"Dipaksa PTM ini agar pertumbuhan ekonomi berjalan. Karena dengan adanya murid masuk, itu semua ekonomi di sekitar sekolah itu akan hidup," ungkap Ahmad dalam diskusi daring Nasib Guru Dengan Pandemi yang Tiada Kunjung Berakhir, dikutip Senin (7/6/2021).

Ahmad mengatakan, kondisi keuangan negara saat ini sangat kritis. Jika perekenomian tidak kembali dihidupkan segera melalui PTM terbatas, maka masalah akan meluas.

Sementara itu, kondisi keuangan yang buruk ini juga dapat mempengaruhi tunjangan yang bakal diterima profesi guru. Dirinya pun menyarankan guru waspada.

"Kawan guru bersiap untuk kondisi terburuk dari tunjangan profesi," ujarnya.

Dirinya memaparkan, bukan tidak mungkin tunjangan guru malah dihapuskan.

"Jangan-jangan nanti itu dihutang, kondisi ini mungkin bisa terjadi. Tunjangan profesi pendidik itu dikurangi sampai dihapuskan," terangnya.

Meski begitu, pada kesempatan yang sama Wakil Sekjen Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Dudung Abdul Qadir mengatakan penghapusan tunjangan guru akibat pandemi belum akan terjadi. Sebab, negara punya kewajiban melindungi dan memberikan tunjangan kepada guru.

"Bahwa negara harus melindungi para gurunya. Negara harus memberikan penghargaan berupa tunjangan guru yang sudah sertifikasi. Jadi jangan khawatir," tutup Dudung.

Baca Juga: