JAKARTA - Pelemahan rupiah pada awal pekan ini diperkirakan berlanjut, hari ini (21/12). Hal itu dipengaruhi sentimen eksternal, terutama dari dua negara ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

arah kebijakan moneter bertolak belakang antara bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dan bank sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBoC).

Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail mengungkapkan dua sentimen eksternal yang menjadi katalis negatif bagi rupiah. Pertama, keputusan bank sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBoC) memangkas suku bunga pinjaman (LPR) sebesar 5 basis poin (bps) menjadi 3,8 persenuntuk pertama kalinya dalam 20 bulan terakhir.

Kedua, adanya spekulasi senat AS akan memangkas anggaran infrastruktur yang diajukan Presiden Joe Biden. Pemangkasan tersebut untuk mencegah inflasi AS semakin tinggi.

Ahmad memperkirakan rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan pada perdagangan, Selasa (21/12) dan akan bergerak di kisaran 14.400 -14.450 per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (20/12) sore, ditutup melemah dipicu sentimen meluasnya varian Omicron. Rupiah sore ini ditutup melemah 47 poin atau 0,33 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.402 rupiah per dollar AS.

"Pelaku pasar khawatir terhadap virus varian Omicron yang penyebarannya semakin memburuk," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta.

Baca Juga: