JAKARTA - Faktor eksternal diperkirakan masih lebih dominan ketimbang internal terhadap pergerakan rupiah. Nilai tukar rupiah, hari ini (26/6), diprediksi masih bergantung pada sentimen eksternal, terutama dinamika ketegangan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Indikasi tersebut terlihat ketika awal pekan ini kinerja rupiah cenderung turun atau melemah pasca pengumuman data surplus neraca perdagangan nasional pada Mei 2019. Sebaliknya, rupiah justru relatif rentan terombangambing oleh sentimen dari luar negeri, termasuk perang dagang dan ketegangan baru di kawasan Timur Tengah.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (25/6) sore, menguat di tengah ekspektasi pasar akan berakhirnya perang dagang AS dan Tiongkok. Rupiah menguat 22 poin atau 0,15 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.125 rupiah per dollar AS.

"Pasar tengah menyoroti perkembangan rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir pekan ini," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta.

Ant/E-10

Baca Juga: