JAKARTA - Jerawat merupakan gangguan pada kulit yang berhubungan dengan produksi minyak (sebum) berlebih. Jerawat terjadi ketika folikel rambut atau tempat tumbuhnya rambut tersumbat oleh minyak dan sel kulit mati yang menyebabkan peradangan serta penyumbatan pada pori-pori kulit.
Peradangan ini ditandai dengan munculnya benjolan kecil yang terkadang berisi nanah di atas kulit. Gangguan kulit ini dapat terjadi di bagian tubuh dengan kelenjar minyak terbanyak, yaitu di wajah, leher, bagian atas dada, dan punggung.
"Jerawat pada dasarnya merupakan penyakit yang harus ditangani secara serius dan benar sesuai dengan kaidah pengobatan medis seperti penyakit infeksi lain pada umumnya," ujar dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia, pada Virtual Media Briefing Kamis (24/2).
Walaupun tidak mematikan, penyakit jerawat dapat mengganggu penampilan, kepercayaan diri dan kesehatan mental. Penyakit jerawat secara medis dapat dinilai dari tingkat keparahannya, yaitu kategori ringan, sedang dan berat," ujarnya,
Jika dilihat dari segi bentuknya, maka jerawat dapat dikategorikan sebagai jerawat kecil, bernanah serta benjolan yang besar. Dari segi lokasi, jerawat dapat terjadi di wajah, dada, punggung dan lengan. Semakin parah dan luas lokasi jerawat, maka diperlukan pengobatan yang berbeda sesuai dengan tingkat keparahan, mulai dari pemberian resep obat topikal/oles, oral dan tindakan medis yang diperlukan.
Menurut dia, jerawat atau yang secara medis disebut acne vulgaris sebenarnya termasuk golongan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu jerawat juga disebabkan oleh gabungan beberapa penyebab, antara lain proses peradangan, produksi kelenjar minyak sebum yang berlebihan, ketidakseimbangan hormonal dan sumbatan kelenjar minyak di kulit.
Belum terdapat angka prevalensi yang pasti dan akurat untuk penyakit jerawat, khususnya untuk Indonesia. Tetapi salah satu faktor penyebabnya adalah penyumbatan pada saluran keluar kelenjar sebasea/minyak serta produksi minyak yang berlebihan oleh kelenjar ini pada suhu panas. "Sangatlah wajar kasus penyakit jerawat sangat tinggi pada semua orang yang tinggal di daerah tropis, khususnya di Indonesia" jelasnya.
Ia mengemukakan, terdapat banyak faktor risiko penyakit jerawat, antara lain gaya hidup, suhu udara, kesehatan mental dan tingkat stress, personal higienis, komitmen dan ketaatan pasien dalam berobat, faktor genetik, kesadaran dan mindset pasien yang benar terhadap penyakit ini. Penyebab jerawat bukanlah disebabkan oleh satu hal saja, tetapi merupakan hasil gabungan dari beberapa penyebab dan faktor risiko termasuk gaya hidup pasien.
Oleh karenanya dalam pengobatan jerawat yang benar merupakan pengobatan yang terukur kemajuannya. Pengobatan harus diberikan secara bertahap dalam jangka sedang-panjang, bukan dengan pengobatan instan.
"Dibutuhkan keterlibatan komitmen, disiplin dan kerjasama pasien dalam mengikuti instruksi agar pengobatan dapat berjalan dengan baik, benar dan tepat. Karena pengobatan jerawat merupakan pengobatan yang terukur maka tidaklah benar apabila obat yang digunakan mengulang obat yang sama tanpa batas waktu, seperti menggunakan kosmetik/obat bebas/make-up," ujar dia.
Untuk jerawat dengan kategori penyakit infeksi kulit, maka koridor pengobatan penyakit jerawat yang benar berada dalam lingkup kompetensi seorang dokter spesialis untuk mengobatinya. Selain itu, pada kasus yang berat dibutuhkan tindakan medis yang bersifat spesialistik yang hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter spesialis kulit.
Menurut dr Handoko penanganan penyakit jerawat tidak tepat apabila dilakukan hanya dengan perawatan skincare kosmetik. Skincare merupakan produk perawatan/kosmetik yang dijual bebas tanpa resep untuk kondisi kulit yang tidak bermasalah. "Sedangkan skin treatment merupakan pengobatan dengan pemberian obat yang memerlukan resep dokter, baik obat oral maupun obat oles/topikal dan tindakan medis spesialistik," tutupnya.
Ia menuturkan, saat ini terdapat banyak sekali mitos yang tidak benar seputar penyakit jerawat. Mitos pertama adalah jerawat hanya dialami selama masa remaja saja dan seharusnya orang tua tidak akan berjerawat. Mitos kedua adalah erawat hanya terjadi di daerah wajah, jerawat harus di facial/ dipencet dan isinya harus dikeluarkan agar tuntas.
Motor ketiga adalah Terdapat juga pandangan bahwa jerawat dapat diobati dengan skincare atau facial di salon. Mitos keempat adalah konsumsi makanan tertentu seperti kacang, makanan berlemak. Mitos kelimat jerawat hanya terjadi pada saat menstruasi dan biasanya akan sembuh sendiri. "Mitos lainnya yaitu tentang pengistilahan jerawat itu sendiri, yaitu jerawat batu, jerawat buntet, dan lain-lain yang sebenarnya tidak dikenal secara medis," ujar dr Handoko.