Keranjingan memang kadang bisa bikin orang berbuat "gila" atau setidaknya dianggap superaneh oleh orang lain. Mungkin Camera House atau "rumah kamera" ini menjadi salah satu contoh pemiliknya yang keranjingan kamera.

Adalah Tanggol Angien Jatikusumo (Tan Hok Lay) yang memiliki "ide gile" untuk membangun "kamera" terbesar di dunia. Tanggol membangunnya di daerah Magelang, tak jauh dari Candi Borobudur. Karya pria asal Semarang ini termasuk unik karena sebenarnya dia seorang pelukis, bukan fotografer.

Namun, dia juga hobi motret. Ide itu berawal ketika mau memajang hasil-hasil lukisannya, maka terbertiklah gagasan membangun galeri. "Ini sebenarnya balas dendam. Dulu, saya mau membeli kamera kecil saja tidak bisa. Tidak ada kartu kredit waktu itu. Jadi, saya harus menabung atau ngisi celengan untuk bisa membeli kamera kecil. Sekarang pas punya uang, saya balas dendam, lalu saya buat kamera terbesar di dunia. Ini model DXSL," kata Tanggol sambil berkelakar.

Destinasi ini untuk bangunan kameranya saja memiliki ukuran 10 meter x 17 meter. Dari puncak kamera, pengunjung dapat memandang Candi Borobudur di kejauhan. Saat ini galeri banyak dikunjungi wisatawan. Di bagian salah satu sisi terdapat aneka lukisan karya Tanggol Angien yang beraliran naturalis impresionistik. Dari ruang galeri, pelancong bisa mendaki tangga untuk mencapai puncak rumah kamera dan berfoto dengan latar belakang (di kejauhan) Candi Borobudur.

Menurut pelukis cat minyak kelahiran 1952 ini, rumah kamera dibangun tahun 2012 menghabiskan biaya satu miliar rupiah lebih. Kini dia tidak lagi tinggal di Semarang, tetapi sudah menjadi penduduk Desa Majaksingi, Borobudur, Kab Magelang, Jateng. Sebagai pelukis, Tanggol sudah berulang kali mengadakan pameran baik bersama rekan maupun tunggal. Salah satu pameran tunggal di Batam tahun 1984 dibuka BJ Habibie. Kini, dia tiap tahun pameran di Singapura.

Tiga Dimensi

Di bagian lain, area ini dibangun banyak tempat untuk berfoto yang serbatiga dimensi. Lihat saja di situ ada sayap malaikat. Pelancong tinggal membentangkan kedua tangan dengan berbagai gaya agar seolah-olah tampak seperti malaikat sedang terbang. Yang difoto tinggal menggerakkan tangan dalam berbagai posisi dan akan menghasilkan pengabadian yang bagus.

Ada juga meja minum. Ada dua meja yang saling berjauhan. Setelah dibidik dalam posisi tertentu akan menghasilkan foto seakan satu meja bersama orang yang duduk menikmati minum, seolah berada di atas meja lain. Ini perlu pengarahan dari petugas rumah kamera agar menghasilkan foto yang benar-benar lain dari kenyataannya.

Tak kalah bagus adalah tiga dimensi di mana seseorang seperti memegang sangkar burung yang diisi manusia. Ini sungguh unik. "Burung manusia" itu berada dalam genggaman tangan yang seakan memegang pucuk sangkar burung. Hasil foto menjadi lebih bagus karena ditopang latar belakang Candi Borobudur yang tampak begitu dekat dan besar. Paduan karpet hijau menambah asri bagaikan hamparan rumput.

Yang mau "dilukis" tinggal mengepas-ngepaskan diri di samping lubang pelukis yang tengah memegang kuas. Hasilnya, turis seakan tengah dilukis dan hampir selesai. Kalau mau "masuk" ke dalam kaca rumah peri atau istana juga ada. Hasilnya sangat keren.

Kenangan amat spektakuler mungkin saat wisatawan difoto di ruang kaca. Ada beberapa ruang kaca, namun ketika Koran Jakarta di lokasi, baru dua yang dioperasikan. Hasil bidikan di dalam ruang kaca benar-benar menakjubkan. Ada yang seakan terdapat tiga orang kembar, padahal hanya satu orang. Uniknya, tiga orang "kembar" tersebut saling membelakangi, tapi dalam gaya sama. Hasilnya indah sekali karena ditambah warna-warni kaca yang menjadi latar belakang.

Satu lagi ruang kaca penuh warna-warni juga. Di sini seolah seseorang berfoto terbalik. Padahal itu hanya pantulan karena di bagian atas diberi kaca. Di luar ini semua, masih terdapat banyak lagi tempat foto tiga dimensi di Camera House tersebut. Hanya, untuk mendapat hasil maksimal, wisatawan mesti mau dibantu dan diarahkan petugas. Sebab untuk yang baru pertama datang, tentu belum terlalu paham cara menghasilkan bidikan yang benar-benar indah dan menakjubkan.

Untuk sampai rumah kamera sangat mudah. Turis dari Jabodetabek dapat naik pesawat Garuda atau Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Adisucipto Yogyakarta. Dari Adisucipto untuk mudahnya naik taksi saja ke arah Candi Borobudur. Dari sini bisa tanya warga karena tidak jauh lagi, atau paling mudah gunakan map. wid/G-1

Keunikan Sudah Tampak di Depan

Posisi Camera House ini berada di pinggir jalan aspal yang cukup ramai. Maka, bagi masyarakat yang melintas tentu minatnya langsung tergerak saat melihat kamera yang begitu besar karena unik dan mungkin hanya ada satu di Indonesia. Menurut pemiliknya, Tanggol, malah diklaim sebagai yang terbesar di dunia.

Demikian pula bagi wisatawan yang tiba di lokasi tentu juga langsung tergerak untuk segera melihat ke dalam begitu melihat kamera. "Ini pemandangan lain dari yang lain," ujar seorang pengunjung asal Yogyakarta, Mirna (24). Sangat pantas tempat ini dikunjungi terutama mereka yang aktif di instagram karena hasil-hasil bidikannya sangat Instagramable.

Tempat ini layak dikunjungi bukan hanya Instagramable, tetapi memang ruangan-ruangan tiga dimensinya sangat unik. Apalagi tiket masuk sangat terjangkau. Untuk Rumah Kamera 10.000 rupiah dan ruang 3D per lantai 15.000 rupiah. Nah tunggu apalagi, silakan mengajak kerabat dan teman untuk mengabadikan kunjungan di Camera House yang mungkin saja tiada duanya ini.

Apalagi wisatawan dapat sekalian berkunjung ke Candi Borobudur, Candi Mendut, atau Gereja Ayam. Semua lokasinya saling berdekatan. Jadi, "sekali dayung banyak pulau terlewati". Candi Borobudur jelas sangat layak dikunjungi. Kalau mau spektakuler, berkunjung pada saat ada prosesi Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Prosesinya sangat meriah.

Kalau mau ke Gereja Ayam yang pernah menjadi lokasi syuting film AADC perlu pagi-pagi benar agar memperoleh pemandangan maksimal saat matahari terbit. Tentu saja turis perlu berdoa agar cuaca pada pagi hari cerah. Sebab kalau mendung, akan "rugi" karena tidak dapat menikmati keindahan matahari terbit berdampingan dengan Candi Borobudur. wid/G-1

Baca Juga: