JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah, hari ini (5/4), meskipun ditutup menguat pada awal pekan ini. Sejumlah sentimen eksternal diperkirakan masih membayangi pergerakan rupiah, terutama perang antara Russia dan Ukraina dan kenaikan sentimen risk-off sentimen di pasar keuangan Eropa.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menyebut rupiah dapat bergerak melemah terbatas karena pelaku pasar menghindari aset berisiko di pasar keuangan Eropa. Kondisi tersebut dinilai bisa membatasi pergerakan rupiah ke zona positif.

Josua memperkirakan kurs rupiah dalam transaksi antarbank, Selasa (5/4), bergerak di rentang 14.300-14.400 rupiah per dollar AS dengan kecenderungan melemah.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (4/4), ditutup menguat 15 poin atau 0,1 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.355 rupiah per dollar AS. "Sentimen risk on di bursa Indonesia maupun regional mendukung mata uang beresiko," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta.

Dari domestik, lanjut Lukman, fundamental ekonomi Indonesia juga masih kuat dan didukung menurunnya jumlah kasus Covid-19. "Minggu ini data ekonomi cukup sepi. Untuk Kamis, rilis cadangan devisa Indonesia akan menjadi perhatian utama," ujar Lukman.

Dari eksternal, laporan ketenagakerjaan bulanan AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih kuat dan mendorong potensi Federal Reserve (Fed) untuk mempertahankan sikap hawkish yang lebih agresif dalam kebijakan moneternya.

Baca Juga: