Sejumlah risiko eksternal, terutama pelambatan ekonomi Tiongkok dan kebijakan proteksionisme perdagangan AS bisa berdampak pada kinerja perekonomian.

Jakarta - Perekonomian nasional tahun depan bakal dibayangi sejumlah risiko, baik eksternal maupun internal, yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, pemerintah tetap optimistis mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun depan. Pemerintah menegaskan akan mewaspadai risiko global yang yang bisa memengaruhi kondisi perekonomian nasional dan pencapaian target pembangunan pada 2018.

Risiko eksternal tersebut meliputi perkembangan di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. "Kita tetap waspada dengan tren perdagangan, terutama dengan AS yang cenderung proteksionis, dan juga kita akan tetap melihat risiko dari tren rebalancing (reformasi struktural) dari perekonomian Tiongkok," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI membahas RAPBN 2018 di Jakarta, Rabu (7/9).

Selain itu, risiko global lainnya pada 2018 terkait stagnasi harga komoditas, penguatan dollar AS, kondisi keamanan Korea Utara, proses Brexit dan ancaman terorisme. "Penguatan dollar AS bisa memicu keluarnya dana dari emerging market yang selama ini menikmati quantitative easing," kata Menkeu Meski terdapat risiko global yang berpotensi mengganggu kinerja perekonomian nasional, namun proyeksi pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2018 ditetapkan sebesar 5,4 persen.

"Ekonomi Indonesia pada 2018 diperkirakan membaik jadi 5,4 persen. Butuh kebijakan untuk menghadapi ketidakpastian global dan mengakselerasi program yang menghasilkan," tutur Sri Mulyani. Menkeu menambahkan mesin pertumbuhan pada 2018 masih bergantung pada konsumsi, investasi dan ekspor.

"Konsumsi rumah tangga harus dijaga di atas lima persen, maka daya beli diperkuat dengan inflasi harus dipertahankan rendah. Kalau inflasi dijaga, konsumen lebih confident untuk belanja," ujarnya. Hal senada pernah disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro.

Awal tahun ini, Mantan Menkeu itu menilai konsumsi rumah tangga dan inflasi akan menjadi kunci tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2018. "Dari komponen pertumbuhan dari sisi pengeluaran, resep untuk pertumbuhan ekonomi 2018 adalah pertama harus bisa menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga," ujar Bambang.

Pangkas Proyeksi

Belum lama ini, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2018 menjadi 5,2 persen dari perkiraan awal pada April lalu sebesar 5,3 persen.

Revisi didasarkan pada pertimbangan rendahnya investasi dan risiko pelemahan konsumsi domestik akibat dampak kenaikan inflasi. Koreksi prediksi tersebut juga berlaku di kelompok ASEAN 5 lain, yakni Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

mad/Ant/E-10

Baca Juga: