JAKARTA - Penguatan rupiah terhadap dollar AS kemarin diperkirakan bersifat terbatas, sehingga berpotensi melemah dalam jangka pendek. Investor tetap berhati-hati di tengah kekhawatiran inflasi dan kekhawatiran tentang varian delta Covid-19 yang sangat menular.

Seperti diketahui, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (22/7) sore, ditutup menguat di tengah kembalinya minat investor terhadap aset berisiko. Rupiah ditutup menguat 60 poin atau 0,41 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.483 rupiah per dollar AS.

"Minat pasar terhadap risiko meningkat dalam dua hari terakhir ini dengan kenaikan indeks saham global. Pasar optimis terhadap performa perusahaan dan ekonomi ke depan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta.

Dari eksternal, bursa ekuitas AS pada Rabu (21/7) kembali ditutup menguat merespon laporan keuangan emiten kuartal II 2021 yang di atas estimasi dan optimisme baru terkait pemulihan ekonomi AS memicu investor kembali pada aset berisiko.

Indeks dollar yang mengukur kekuatan dollar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 92,783. Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,298 persen.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap berada pada 3,5 persen. Keputusan bank sentral tersebut seiring dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga, serta upaya untuk memperkuat pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga: