Pemerintah telah mengevakuasi 26 Warga Negara Indonesia (WNI), 5 WN Filipina dan 2 WN Afghanistan dari bandara Kabul, Afghanistan. Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) membeberkan sejumlah tantangan selama proses evakuasi WNI tersebut.

Kadispenau Marsma Indan Gilang Buldansyah mengatakan proses evakuasi sempat menghadapi beberapa kendala. Tantangan pertama adalah jarak antara Jakarta dan Afghanistan yang terbilang sangat jauh.

"Jarak antara Jakarta dan penjemputan cukup jauh, kurang lebih jaraknya 4.100 nautical miles dan waktu tempuh penerbangan dengan boeing kurang lebih 12 jam airtime, belum waktu untuk melaksanakan review di beberapa tempat," kata Indan kepada wartawan, Minggu (22/8/2021).

Lalu kedua, situasi di negara konflik yang dinilai tidak menentu menjadi tantangan tersendiri. Meski begitu, proses evakuasi tetap dapat dilaksanakan dengan baik menggunakan pesawat tipe Boeing 737-400 milik TNI AU.

"Situasi di tempat penjemputan yang tidak menentu itu adalah tantangan. Namun demikian, sudah direncanakan dengan detail, dan diputuskan lah pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-400 yang memiliki kemampuan dan kecepatan yang memadai, sehingga proses evakuasi dapat dilaksanakan," ucapnya.

Dalam hal ini, TNI AU segera melakukan koordinasi dengan sejumlah negara untuk mendapatkan izin melintas. Menurutnya, TNI AU juga harus berkoordinasi dengan NATO karena ruang udara Afghanistan merupakan otoritas dari organisasi militer internasional tersebut.

"Kita melintas beberapa negara, untuk ini kita perlu koordinasi untuk meminta izin lintas mendarat di beberapa tempat. Lalu, di Afghanistan sendiri ruang udara itu otoritas ada di NATO, di negara-negara NATO, termasuk izin mendarat di Bandara Hamid Jarzai itu juga di NATO, sehingga kita juga harus koordinasi ke otoritas penerbangan di wilayah udara Afghanistan," ujarnya.

Ketika setibanya di Bandara Kabul, Afghanistan, alat pemandu pendaratan di bandara tidak dapat beroperasi dengan baik. Bahkan, kata dia, lampu pendaratan juga diketahui tidak bisa digunakan.

"Alat pemandu pendaratan yang ada di Bandara Hamid Karzai tidak bekerja dengan baik. Sehingga pilot memutuskan melaksanakan pendaratan secara visual. Kemudian, lampu landasan juga pada saat pendaratan itu juga dalam kondisi tidak beroperasi ini juga tantangan namun saya kira dengan keterampilan kegiatan pendaratan bisa berjalan dengan aman," katanya.

Selanjutnya, Indan mengatakan rencana evakuasi mundur dari waktu yang sudah ditentukan yakni selama 2 jam. Sebab dari itu semua adalah urusan administrasi. Padahal, proses evakuasi direncanakan berjalan selama 30 menit.

"Kita merencanakan 30 menit ada di darat pesawat tersebut untuk memberi kesempatan WNI yang naik pesawat. Akhirnya menjadi dua jam, karena ada urusan administrasi itu yang sehingga perencanaan 30 menit menjadi dua jam," ungkapnya.

Indan memaparkan, sejumlah tantangan itu dapat dilalui dengan baik. Pesawat yang ditumpangi para WNI dan beberapa orang WNA tersebut berhasil mendarat di Jakarta dengan selamat.

"Ini bisa diatasi, dan tetap berlangsung dengan aman. Sehingga pesawat bisa kembali ke Islamabad dengan selamat, kemudian bisa kembali ke Jakarta," ucapnya.

"Berkat koordinasi sinergi dari Kementerian, lembaga dan Satgas Evakuasi sehingga kegiatan ini dapat berjalan lancar," tambahnya.

Seperti diketahui, sebanyak 26 WNI, dan 7 warga non-WNI di Afghanistan dievakuasi ke Tanah Air setelah Taliban kembali berkuasa di Afghanistan. Proses evakuasi memakan waktu 5 hari hingga akhirnya tiba di Indonesia pada Jumat (20/8/2021) lalu.

Baca Juga: