Banyak kisah tentang kelahiran Yesus. Salah satunya termuat dalam Injil Mateus. Dalam Injil Sinoptik ini diyatakan, Maria akan melahirkan Yesus. Di dalam mimpi Yusuf, calon suami Maria, memperoleh berita dari malaikat Tuhan. Katanya, "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka," (1: 20-21). Maksudnya, "Dialah yang akan menyelamatkan Umat- Nya dari dosa mereka." Dengan kata lain kehadiran Yesus ke bumi dengan misi utama menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Allah harus mengutus Putra Tunggal-Nya untuk menebus manusia dari cengkeraman dosa dan dunia.
Sayang, manusia menolak kehadiran Juruselamat, sehingga Dia harus lahir di kandang hewan, sebuah tempat kotor dan bau. Juruselamat ditolak oleh manusia yang justru mau diselamatkan. Hanya para gembala yang bersedia menerima Yesus. Gembala mewakili sebuah kemurnian, kesucian, dan ketulusan hati. Gembala tidak penuh intrik seperti politikus yang sesak kerakusan. Gembala tidak bernafsu kuasa seperti kaum elite yang sering menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan.
Para gembala adalah representasi totalitas pasrah kepada Allah karena mereka tidak memiliki andalan lain. Ini berbeda dengan orang kaya yang kadang merasa mampu menyelamatkan diri, sehingga tidak lagi mengandalkan Allah sebagai gantungan hidup. Hanya kepada orangorang seperti gembalalah, Yesus berkenan hadir di dalam hati karena di sana tidak ada kepalsuan, topeng, dan segala bentuk kemungkaran. Banyak manusia tampil penuh kepalsuan dan merasa paling suci. Orang-orang seperti ini, merasa berhak memaki, mencaci, dan menghardik orang lain hanya karena mereka berbeda keyakinan dan agama dengan kelompoknya. Banyak yang merasa paling berhak untuk hidup di bumi Indonesia, sehingga lalu mengusir orang-orang yang tidak sepaham.
Mereka bahkan tega menyakiti sampai membunuh dengan bom. Apakah orang-orang itu dijauhi Yesus? Tidak! Justru untuk orang-orang yang merasa paling benar, suka membunuh, suka menghardik orang lain, mengintimidasi, dan memaki-maki orang lain itulah Yesus hadir. Dia datang untuk menyelamatkan mereka. Sayang, dengan arogan mereka menolak uluran keselamatan Yesus. Kelompok ini memilih jalan sendiri yang menurut mereka sebagai jalan keselamatan. Padahal itu jalan egoisme. Kepada orang-orang yang merasa benar sendiri, merasa paling suci, merasa paling bersih, merasa paling ber-Tuhan, Yesus hanya bisa ngelus dada. Apa boleh buat keselamatan telah ditawarkan, tetapi manusia memilih jalannya sendiri untuk menghamba pada keangkuhan, arogansi, ketamakan, uang, amarah, dan perilaku teror.
Mereka inilah yang kelak menyalibkan Yesus pada Hari Paskah. Banyak orang memilih jalan untuk mengintimidasi, mengusir, dan memerangi mereka yang berbeda pandangan, ideologi, keyakinan, dan agama. Orang-orang demikian ini di kepala mereka tidak ada kamus keberagaman dan kebinekaan. Yang ada hanya nafsu menghibisi mereka yang berbeda paham dengan kelompoknya. Apakah dengan kelompok demikian Yesus menjauh? Tidak! Justru kepada orang-orang seperti inilah Yesus mengutamakan tawaran keselamatan.
Sekali lagi, sayang mereka memilih jalannya sendiri untuk mengabdi kepada kegelapan dunia. Dalam situasi warga yang semakin memuji kekerasan inilah, Natal mendapat tempat paling kuat karena dari kelahiran-Nya kekerasan dilunakkan. Kelahiran Yesus menyejukkan hati yang panas dan meluluhkan hati yang beku. Semua harus menerima Natal agar kelahiran Yesus memberi suka-cita supaya terciptalah damai sejahtera. Kita berpasrah dan berserah di depan goa kelahiran Yesus untuk menimba kerendahan hati Putra Allah yang mau menjadi manusia lemah tak berdaya, meski Dia memiliki segala kekuatan dan sumber kekuatan. Marilah datang ke goa untuk menyanyikan Gloria in excelsis Deo, kemulian bagi Allah di tempat tinggi karena Ia telah berkenan datang untuk menyelamatkan kita.