Dokter Spesialis Onkologi, Oni Khonsa dari RSUP Persahabatan menuturkan kanker ovarium yang menghantui wanita bisa dikenali lebih cepat dengan mengetahui enam faktor risiko kanker dan empat gejalanya.

Sosok yang akrab disapa Dokter Oni itu bahkan menyebut memahami sejumlah faktor dan gejala dapat membantu pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan mengurangi angka kematian.

Pasalnya menurut Oni, banyak pasien kanker ovarium yang terlambat mendapatkan penanganan. Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani dan 94 persen pasiennya dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis.

"Kebanyakan datang terlambat, angka yang datang lebih awal itu jauh lebih dibanding dengan yang telat. Penting untuk tahu tentang 10 faktor risiko dan gejala," ujar Oni, seperti dikutip dari Antara.

Adapun enam faktor risiko seseorang terkena kanker ovarium, yakni memiliki riwayat kista endometrium, keturunan keluarga dengan kanker ovarium atau payudara, mutasi genetik, jumlah persalinan rendah, gaya hidup yang buruk dan pertambahan usia.

Dari keenam faktor tersebut, Oni menuturkan ada empat tanda atau gejala kanker ovarium yang dapat dirasakan seperti perut kembung, nafsu makan berkurang, bolak-balik air kecil dan nyeri panggul atau perut. Namun, kanker ovarium tidak disertai gejala pada stadium awal.

Atas dasar itu, Oni pun mengimbau bagi mereka yang memiliki faktor risiko dan mengalami gejala seperti di atas, untuk segera memeriksakan diri.

"Kalau kita sudah punya salah satu dari enam faktor risikonya, terus ditambah ada gejala perut kembung, mungkin diare, harus periksa meskipun tidak semua gejala itu pada akhirnya kanker ovarium," kata Oni.

Lebih lanjut, Oni mengatakan penting untuk mewaspadai setiap tanda dan gejala. Sebab, kanker ovarium tidak seperti kanker serviks yang dapat terdeteksi melalui pemeriksaan papsmear.

Perlu diingat, kanker ovarium tidak hanya diderita oleh perempuan yang sudah mengalami menopause, tapi juga anak muda dengan riwayat kanker.

"Kalau enggak ada tanda bukan berarti enggak melakukan pemeriksaan, yang muda belum tentu aman. Ketiga ada kolega sedarah, kita harus waspada tapi bukan hanya kanker ovarium tapi juga kanker payudara, itu satu geng," katanya.

Oni pun menyayangkan minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker ovarium. Padahal, saat kanker ovarium masih berada di stadium awal, di mana kanker masih terbatas di ovarium maka penanganan dan pengobatan memiliki kemungkinan besar untuk berhasil.

"Di Indonesia itu kalau enggak mau periksa karena takut ketahuan, padahal memang periksaan itu biar ketahuan. Kalau memeriksa sejak awak dampak-dampaknya juga akan rendah," ujar Oni.

Baca Juga: