JAKARTA - Tren penggunaan penutup kepala atau hijab (kerudung yang dikenakan oleh muslimah) di kalangan santri membuat desainer asal Jepang Erika Masuda mendesain sendiri versinya yang diklaim ramah lingkungan.

Kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (28/10), Masuda mengatakan membuat wastra fiber atau kain tradisional yang sarat makna budaya Indonesia dari hasil daur ulang limbah sisik ikan.

"Budaya Indonesia punya hijab, sedangkan di Jepang tidak. Konsep hijab di Indonesia membuat saya tertarik untuk membuat versi menggunakan bahan kolagen dari sisik ikan yang sering dibuang sembarangan dan menjadi limbah," kata Masuda.

Ia berharap, penggunaan sisik ikan sebagai bahan dasar pembuatan jilbab suatu saat nanti bisa menjadi solusi perubahan iklim dan menjamin kelestarian lingkungan yang bisa ditiru di tempat lain.

Masuda juga mengajak para pecinta fesyen muslim di Indonesia untuk bersama-sama mengurangi limbah tekstil yang mengancam lingkungan, dengan tidak sekadar mengikuti tren fesyen tertentu.

Ia berkolaborasi dengan desainer asal Indonesia, Bubah Alfian, merancang 12 tampilan busana muslim yang akan dipamerkan di Jakarta.Hal ini sebagai upaya mendekatkan tren fesyen daur ulang kepada para muslimah di ibu kota Indonesia.

Menurut Alfian, ada perbedaan serat kolagen dari sisik ikan dengan kain tenun biasa, yakni lebih lembut di kulit.

"Menurut saya ini kain paling lembut yang pernah saya pegang; sejuk, bagus, dan nyaman sekali," kata Bubah.

Kolaborasi keduanya pun melahirkan perpaduan busana muslim bertema karnaval ala Bubah Alfian dengan seni shibori dari Kyoto (Jepang), Kinbaku versi Masuda yang ditawarkan dengan harga mulai dari Rp450 ribu.

Shibori, teknik mewarnai kain Jepang, melibatkan pencelupan kain yang telah dilipat atau diikat ke dalam pewarna untuk menghasilkan pola yang unik.

Baca Juga: