Jika sebelumnya, bustier atau korset selalu digunakan di dalam pakaian. Saat ini tanpa ragu, bustier ditampakkan di luar pakaian. Lalu seperti apa?

Adalah sosok Eddy Betty yang menggarap bustier menjadi pakaian luar tanpa terkesan seronok. Bustier yang menempel ketat di bagian dada hingga pinggang tampil lebih glamor dari tangan desainer yang menjadikan bustier sebagai DNA rancangannya.

Dalam peragaan tunggal bertema Liberte di Raffles Hotel, Jakarta, pekan lalu, ia menampilkan 79 koleksi dengan garis rancang bustier.

Dalam sejumlah rancangannya, Eddy membiarkan bustier tampak mencolok di bagian luar keseluruhan busana. Bustier yang menjadi padanan celana panjang maupun gaun justru memberikan kesan kokoh dari keseluruhan pakaian yang terbuat dari bahan halus seperti lace. Warna abu-abu yang dipadukan dengan sulaman benang berwarna hitam membuat bustier tampil lebih maskulin dan berani.

Koleksi lain menampilkan bustier dalam awarna muda, seperti biru muda maupun abu-abu muda. Lagi-lagi kesan kokoh tertuang dalam rancangan tersebut.

Adakalanya, bustier menjadi padanan celana capri, di lain koleksi bustier menjadi padanan gaun mekar sebatas lutut. "Dulu bustier tersembunyi di dalam baju, sekarang di baju jadi lebih fun, menyenangkan," ujar Eddy tentang alasannya menampakkan bustier dalam koleksinya dalam jumpa pers sebelum pagelaran.

Pengalaman ibunya memakai long torso atau stagen setiap menggunakan kebaya membekas erat dalam benaknya. Saat itu, ibunya harus melilit tubuhnya dengan long torso panjang agar kebaya dan kain yang dikenakan tampak indah. Tanpa terasa, pengalaman tersebut membekas dan berpengaruh pada garis desainnya saat ini.

Liberte yang dari bahasa Prancis bermakna kebebasan menampilkan koleksi dengan bahan-bahan tidak lazim. Seperti voilette, cadar topi yang digunakan untuk membuat baju sebagai ekspresi kebebasan. Selain itu, Eddy menggunakan bahan kaku, toile de jouy, yang biasa digunakan kaum kelas menengah abad 18 sebagai bahan untuk tirai, jok, seprai maupun apron. Sementara, koleksi muncul dalam warna-warna krem, hijau, biru, kuning kenari, biru terang, hitam, keperakan, keemasan sampai jingga membara.

Peragaan yang dipersiapkan selama enam bulan merupakan perjalanannya selama berkarya di industri mode Tanah Air. Ia menggunakan seluruh keetrampilan dalam show tunggal kali ini. Cukup lama, Eddy tidak menyelenggarakan show tunggal, terakhir pada 2008. Diakui Eddy bahwa unLibertetuk melakukan show tunggal membutuhkan persiapan yang lebih matang, tidak hanya dana melainkan persiapan koleksi.

Sepanjang karirnya, ia pernah membuat line koleksi ready to wear, ED.BE, seperti para perancang lainnya, namun lini busananya hanya bertahan selama tiga tahun.

Rupanya, lini busana ready to wear tidak dapat dibilang murah, ia harus sewa tempat dan membayar karyawan untuk mengelola lini bisnisnya tersebut.

Sampai akhirnya, ia berkeputusan untuk kembali ke haute couture yang menjadi rancangan awal dengan pasar yang telah terbentuk.

Selama lebih dua dasawarsa berkarya, Eddy tidak ingin dikenal sebagai perancang yang telah berkarya dalam kurun waktu tertentu. Ia merasa lebih bebas berkreasi dengan tema-tema dalam setiap rancangannya. Seperti tema rancangannya kali ini, Liberte. din/R-1

Detail Glamor Gaya Victorian

Gaun identik dengan kemewahan, glamor bahkan derajat sosial kalangan atas. Bubuhan mutiara dan kristal menambah elok busana yang telah dikenal sejak zaman Victoria tersebut. Kini, busana-busana sejenis dikenakan untuk kesempatan gala maupun pernikahan.

Yenty Tan merupakan salah satu desainer yang tergelitik untuk mendesain gaun. Desainer kelahiran Medan, 37 tahun lalu, mengaku terpikat dengan kerah-kerah tinggi yang menutupi sebagian leher. "Sesuatu yang enak dilihat, detail glamor," ujar dia memberikan alasan sebelum peragaan koleksinya yang bertema Belle Epoque di Prefunction Two Westin Hotel, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Namun, Yenty mengaku tidak memaksakan kerah tinggi untuk setiap gaun karyanya. Ia tetap mempertimbangkan proporsi badan kliennya. Jika tidak memungkinkan, maka ia tidak akan menyertakan kerah tinggi dalam sebuah gaun cocktail maupun gaun pengantin.

Dalam koleksi Belle Epoque, ia menampilkan sebanyak 12 gaun cocktail dan 12 gaun pengantin sebagai koleksi terbaru. Belle Epoque yang berasal dari bahasa Prancis Le Belle Epoque bermakna literasi Era Cantik. Era tersebut berlangsung pada 1895 hingga 1914 yang menjadi zaman keemasan barat. Ada kemakmuran, inovasi teknologi, kemajuan ilmiah maupun kemasyuran seni dan budaya menjadi beberapa tolak ukur kejayaan masa itu. Yenty ingin membawa keemasan abad 19 ke masa kini melalui koleksi gaunnya.

Bahan-bahan halus semacam satin, duchess, lace dan tulle digunakan untuk menggambarkan perempuan yang datang dari kalangan atas. Ia mentransformasikan desain masa lalu agar dapat digunakan masa kini yang lebih moderen. Gaun dengan rok bustle (sumpalan/padding) yang kerap digunakan di masa lalu bersalin rupa menjadi terusan sleveless dalam potongan flare, rok lurus melebar ke bawah.

Gaun-gaun tersebut tertuang dalam warna lembut, seperti abu-abu, putih maupun keperakkan. Tak lupa, ia menyertakan gaun tembus pandang sesuai arus mode saat ini dalam warna biru muda, nude dan moka.

Hiasan yang menempel pada gaun menjadi bagian yang tak terlupakan. Yenty yang mempersiapkan koleksi selama empat bulan menggunakan mutiara sebagai hiasan dalam menempel pada koleksinya. Ia memasangnya dalam pengerjaan tangan untuk mencapai hasil yang maksimal. Hal serupa dilakukan, saat ia membuat lipit-lipit yang menempel di bagian torso, punggung, dada maupun pinggang sebagai pengganti mutiara.

Sally Chynthia menjadi rekanan yang digandeng untuk menangani pembuatan sepatu. Desainer sepatu lulusan London College of Fashion menggunakan bahan-bahan delicate (halus) seperti tulle sebagai padanannya.

Sally mengatakan butuh kesabaran untuk membuat sepatu tersebut. Pasalnya, dia harus menarik bahan secara perlahan supaya kain tidak rusak. "Jadi pas penarikannya tidak terlalu kuat," ujar dia yang tengah mempersiapkan koleksi sepatu ready to wear. Bagi dia, sepatu sebagai padanan gaun tidak selalu berupa pumb shoes melainkan dapat menggunakan ankle boots dari bahan lembut seperti salah satu koleksinya. din/R-1

Baca Juga: