JAKARTA - Untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai peranan internet dan konektivitas pita lebar (broadband) dalam kehidupan sehari-hari serta mendukung kemajuan industri digital di Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mempersembahkan film dokumenter berjudul Derang-Daring.
Film ini disutradarai oleh Dodid Wijanarko dan diproduseri oleh Fauzan Zidni dibuat bekerja sama dengan sineas tanah air. Film ini menggambarkan perjalanan, tantangan, dan pencapaian industri internet di Indonesia.
"Derang menurut KBBI suara genderang, Daring artinya online, kami berharap ini menyuarakan gema keberhasilan pembangunan internet Indonesia. Kami akan menayangkan film ini secara luas di kanal YouTube APJII mulai tanggal 23 September 2024," jelas Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, di pada acara pemutaran film tersebut di XXI Plaza Senayan Jakarta pada hari Jumat (30/8).
Derang-Daring menampilkan tiga kisah dari lapisan masyarakat yang kehidupannya erat bersentuhan dengan internet. Film ini memperlihatkan bagaimana internet mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi banyak orang di Indonesia.
Salah satu kisah utama dalam film ini adalah perjuangan tiga sekawan dalam mendirikan Hear Me. Nama ini merupakan startup sosial yang menyediakan teknologi penerjemah dan interpretasi bahasa Indonesia untuk membantu teman-teman tuli mengakses informasi dan berkomunikasi.
Selain itu, film ini juga mengangkat kisah Velin, seorang konten kreator asal Desa Reo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Melalui kanal YouTube-nya, Ceritanya Velin, ia berhasil memikat audiens dengan menggambarkan keseharian di daerahnya, merepresentasikan suara kreator dari timur Indonesia.
Film ini juga menceritakan tentang usaha dan tekad Stenly Takarendehang untuk pulang kampung dan mengembangkan perusahaan penyedia layanan internet Sakaeng Solata, yang terletak di ujung utara Indonesia tepatnya di pulau Sangihe, perbatasan dengan Filipina. Stenly adalah salah satu anggota APJII.
Derang Daring juga menyuarakan suara pemangku kepentingan industri pita lebar seperti Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, Direktur Digital Telkom Fajrin Rasyid, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia, Sarwoto Atmosutarno, dan Direktur Cyber Crime Combat Center, Ruby Alamsyah.
Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengatakan bahwa ia menyambut baik kehadiran dokumenter ini yang memberi sosialisasi keberhasilan pembangunan Internet di Indonesia. Meutya juga memberi apresiasi kepada pemerintah dan industri internet di Indonesia yang selama 5 tahun terakhir berhasil menambahkan internetifikasi yang sekarang sudah mencapai 78 persen, sehingga bisa memberi akses kepada masyarakat kota besar hingga di perbatasan.
"Film ini diharapkan dapat membuka mata publik tentang pentingnya akses internet yang merata dan mendorong berbagai pihak untuk bersama-sama memajukan industri digital di Indonesia," ungkap Direktur Digital Telkom Fajrin Rasyid.
Ia menambahkan bahwa ekosistem digital Indonesia punya pretensi perkembangan yang sangat cepat. Riset dari Google Temasek menyebutkan, dalam 7-8 tahun kedepan, ekonomi digital indonesia ini akan tumbuh lima kali lipat.
"Film dokumenter ini bercerita tentang perjuangan untuk mendapatkan keadilan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia, keadilan dalam mendapatkan akses internet demi kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, kemandirian, dan keamanan, khususnya bagi masyarakat di kepulauan, daerah perbatasan, dan yang tinggal di pegunungan," ungkap sang sutradara Dodid Widjanarko.