Digitalisasi bantuan sosial (bansos) bisa menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memulihkan ekonomi nasional yang tertekan oleh pandemi Covid-19. Digitalisasi bansos sangat efektif untuk mendorong ekonomi, supaya bansos diterima, dan menggerakkan ekonomi.
Doni Primanto Joewono telah resmi menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2020-2025. Doni menggantikan Erwin Rijanto yang masa jabatannya telah habis sejak 17 Juni 2020 lalu.
Sebelum menjabat sebagai Deputi Gubernur, Doni merupakan Direktur Eksekutif Kepala Departemen Sumber Daya Manusia BI. Dia dipilih DPR melalui mufakat setelah melalui proses uji kepatutan dan kelayakan. Doni mengungguli dua calon lainnya yang juga diusulkan Presiden Joko Widodo kepada DPR, yakni Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung, dan Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Aida Budiman.
Sebagai Deputi Gubernur BI, Doni sadar bakal memangku tugas dan tanggung jawab yang berat karena kondisi ekonomi Indonesia yang tengah tertekan oleh pandemi virus korona. Terkait dengan tanggung jawabnya saat ini, wartawan Koran Jakarta, Fredrikus W Sabini, berkesempatan mewawancarai Doni Primanto Joewono dalam beberapa kesempatan. Berikut petikannya.
Apa yang pertama akan Anda lakukan setelah dilantik menjadi Deputi Gubenur BI?
Tentu saya siap mendukung dan bekerja sama dengan Gubernur BI beserta Anggota Dewan Gubernur lainnya untuk bersinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam upaya pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini.
Bagaimana upaya BI ciptakan SDM unggul?
Sebagai wujud komitmen dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing untuk Indonesia Maju, Bank Indonesia (BI) menyerahkan beasiswa kepada 2.200 mahasiwa dari 39 perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di Indonesia.
Penerima beasiswa BI sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat menjadi frontliners, yaitu menjadi garda terdepan dalam mengomunikasikan BI secara kelembagaan dan berbagai kebijakan BI kepada sesama mahasiswa dan masyarakat umum.
Berikutnya menjadi Change Agents, yaitu menjadi agen perubahan dengan cara menjadi role model atau teladan di kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat. Terakhir, menjadi Future Leaders, yaitu menjadi pemimpin muda di berbagai bidang dan tingkatan.
Seperti apa program BI selama ini dalam mendorong peningkatan kualitas SDM?
Sejak tahun 2011 hingga saat ini, BI telah bekerja sama dengan 175 perguruan tinggi, dengan jumlah penerima beasiswa mencapai lebih dari 25.000 mahasiswa di seluruh Indonesia.
Penyerahan beasiswa merupakan bagian dari fokus utama program Dedikasi untuk Negeri dalam pengembangan kapasitas SDM unggul, termasuk di antaranya peningkatan kapasitas SDM dalam merespons era digital yang diharapkan dapat meningkatkan angka partisipasi pendidikan, meningkatkan indeks pembangunan manusia guna meningkatkan daya saing bangsa melalui SDM yang kreatif, mandiri, produktif, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi serta mampu berperan dalam pemberdayaan masyarakat.
Penerima beasiswa akan tergabung dalam komunitas Generasi Baru Indonesia (GenBI) dan mendapatkan berbagai pembekalan terkait dengan peningkatan kompetensi seperti pelatihan, seminar baik nasional maupun internasional, serta diikutsertakan dalam berbagai kegiatan BI.
Dengan semangat Dedikasi untuk Negeri, BI berkomitmen untuk senantiasa mendukung kemajuan dunia pendidikan di Indonesia dalam membangun SDM yang unggul, andal, dan kompeten untuk Indonesia Maju.
Bagaimana konsep Anda soal bansos Covid-19?
Digitalisasi bansos menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memulihkan ekonomi nasional yang tertekan oleh pandemi Covid-19.
Digitalisasi bansos ini sangat efektif, apalagi dalam kondisi Covid-19, ini untuk mendorong ekonomi, supaya bansos diterima dan menggerakkan ekonomi.
Risiko itu bisa diminimalisasi dengan mencari keseimbangan antara upaya mengoptimalkan peluang melalui inovasi digital.
Digitalisasi ekonomi dan keuangan membawa implikasi risiko yang harus dimitigasi semaksimal mungkin terutama terkait dengan penyalahgunaan data konsumen dan pelanggaran cyber.
Digitalisasi menjadi salah satu cara untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Akselerasinya yakni melalui elektronifikasi bantuan sosial, transaksi pemda, hingga sektor transportasi. Digitalisasi mendorong elektronifikasi bansos ini sangat efektif, apalagi dalam kondisi Covid-19 ini adalah untuk mendorong ekonomi, mendorong supaya bansos betul-betul diterima dan menggerakkan ekonomi.
Selain digitalisasi pada sistem pembayaran, elektronifikasi pada sektor pemerintah daerah juga dinilai dapat terus meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). BI akan mendorong digitalisasi di sejumlah daerah.
Seperti apa konsep Anda terkait peran BI ke depannya?
Saya mengusung Penguatan Peran BI Menuju Indonesia Maju dan Berdaya Tahan. Dengan visi misi mewujudkan perekonomian Indonesia yang tumbuh tinggi, berdaya tahan, dan inklusif melalui penetapan dan pengimplementasian kebijakan yang efektif, sinergis, dan istiqomah, menuju Indonesia maju.
Saya juga akan mengoptimalkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 untuk memanfaatkan perkembangan digital. BSPI 2025 diklaim punya titik keseimbangan dalam upaya mengoptimalkan peluang inovasi digital dengan upaya memitigasi risiko.
Titik keseimbangan diperlukan supaya bisa mengoptimalkan peluang yang diusung oleh inovasi digital dan upaya memitigasi risiko. Di sini, Bank Indonesia harus terus-menerus mendorong Blue Print Sistem Pembayaran.
BSPI 2025 punya inovasi kebijakan sistem pembayaran dengan membentuk ekosistem digital yang sehat, di samping upaya dalam percepatan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya mengenai elektronifikasi atau keuangan digital.
Bagaimana cara Anda mendorong pertumbuhan ekonomi?
Untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang tumbuh tinggi, berdaya tahan, dan inklusif melalui penetapan dan pengimplementasian kebijakan yang efektif, sinergis, dan istiqomah, menuju Indonesia maju.
Kami akan mendorong optimalisasi industri manufaktur dan pariwisata sebagai salah satu strategi membangkitkan ekonomi RI pasca-Covid-19. Pada sektor pariwisata, akan mendorong penguatan destinasi wisata utama seperti Pulau Bali dan Bintan. Objek wisata potensial di Bali dan Bintan untuk menarik asing asal Singapura, Malaysia, dan Australia.
Bagaimana dengan isu syariah?
Jika diibaratkan, perbankan syariah itu adalah sebuah mobil dan penumpang adalah nasabah. Mobil tidak akan berjalan jika tidak diisi dengan penumpang sama halnya dengan perbankan syariah.
Di Bank Indonesia ada tiga pilar pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, pemberdayaan ekonomi syariah, kedua pendalaman pasar keuangan syariah dan ketiga penguatan riset dan edukasi termasuk sosialisasi dan komunikasi. Untuk mengembangkan dan memberdayakan ekonomi syariah, sasarannya antara lain ada di pondok pesantren.
Indonesia memiliki sekitar 28 ribu pondok pesantren yang berpotensi menjadi demand atau nasabah bank syariah. Oleh karena itu, kami membuat pilot project untuk menjadikan holding pesantren.
Hal ini bertujuan untuk memperkuat pesantren sebagai salah satu komponen keuangan dan ekonomi syariah. Kami dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) akan terus mendukung ekonomi syariah agar terdepan.
S-1