Berdasarkan jumlah kasus kumulatif, Kota Depok menjadi yang tertinggi dengan jumlah kasus 1.292, disusul Kota Bekasi 947 kasus, Kota Bandung 700 kasus, Kabupaten Bekasi 475 kasus, dan Kabupaten Bogor 442 kasus.

JAKARTA - Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan Kota Depok menjadi zona risiko tinggi penularan virus korona (Covid-19) atau zona merah karena mobilitas warga setempat yang tinggi.

"Kalau kita lihat di Depok ini memang cukup banyak yang positifnya, mungkin karena mobilitasnya tinggi, terutama ke daerah Jabodetabek, memang ini butuh perhatian khusus," kata Dewi di Graha BNPB, Senin (10/8).

Data berdasarkan laman resmi pemerintah, Kota Depok jadi satu-satunya daerah di Provinsi Jawa Barat yang berstatus di zona merah. Kabupaten atau kota lainnya di Jabar berada pada zona kuning dan zona oranye.

Jika dilihat berdasarkan jumlah kasus kumulatif, Kota Depok menjadi yang tertinggi dengan jumlah kasus 1.292 kasus, disusul Kota Bekasi 947 kasus, Kota Bandung 700 kasus, Kabupaten Bekasi 475 kasus, dan Kabupaten Bogor 442 kasus.

Dewi juga menyebutkan memang terjadi kenaikan jumlah kasus di Jawa Barat sebanyak 50,6 persen hingga data per Minggu (9/10). Namun, Kota Depok tidak termasuk dalam daerah dengan kenaikan kasus tertinggi. Kabupaten atau kota dengan laju kenaikan tertinggi, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cirebon, Kota Cimahi, dan Kota Sukabumi.

Perlu Evaluasi

Dewi mengatakan dengan kenaikan jumlah kasus di beberapa daerah di Jabar, pemerintah setempat perlu melakukan evaluasi untuk mencari tahu sumber penularan agar penanganan bisa lebih baik.

"Ini sinyal untuk pemda agar menginvestigasi kira-kira ada apa di daerahnya, di mana penularan dan mengapa, dan bagaimana penanganannya agar dilakukan lebih baik lagi," kata Dewi.

Pada kesempatan itu, Dewi juga menjelaskan Jawa Barat memiliki 150 klaster Covid-19 dengan total 476 kasus. Dari sejumlah klaster tersebut, permukiman paling banyak ditemukan, yakni mencapai 111 klaster. Hal tersebut berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Barat 27 Juli 2020.

"Per 27 Juli 2020, ada 150 klaster di Jawa Barat dengan total 476 kasus. Paling banyak di permukiman dengan 111 klaster, total 208 kasus," ujar Dewi.

Dari data analisis, kata dia, di DKI Jakarta dan Jawa Timur juga menunjukkan bahwa klaster permukiman menjadi yang paling tinggi. "Karena wilayah keluarga atau ada saudara yang berkunjung atau ketika ada kegiatan pergi ke warung, isi bensin, dan sebagainya. Ini harus hati-hati," kata dia.

Meski laju peningkatan kasus mengalami peningkatan, namun Dewi mengatakan angka kematian akibat Covid-19 di Jawa Barat termasuk yang terendah di Indonesia. Bahkan, angka kematian di Jabar berada di bawah rata-rata angka kematian global yakni 4,2 persen.

Menurut Dewi, rendahnya angka kematian di Jabar disebabkan oleh penanganan pasien yang baik oleh petugas kesehatan setempat.

"Angka kematian termasuk kecil dari seluruh kasus positif hanya 3,01 persen, di bawah rata-rata dunia. Artinya, pasien di sana tertangani dengan baik," ucap Dewi. jon/Ant/P-4

Baca Juga: