Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi Pertalite dan Solar. Ini berdasarkan perhitungan awal pemerintah dengan asumsi harga patokan minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) US$ 100 per barel.
Sri Mulyani mengatakan, jika mengikuti keekonomian, harga solar sebenarnya Rp 13.950/liter. Saat ini, harga solar masih ditetapkan sebesar Rp 5.150 per liter.
"Harga solar Rp 5.150/liter, padahal kalau harganya menggunakan ICP US$ 100 dengan nilai tukar Rp14.450 harga keekonomian solar harusnya di Rp 13.950," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, dikutip Jumat (26/8).
"Jadi ada perbedaan antara harga sebenarnya di luar harga berlaku di kita itu Rp8.300 per liter, " tambahnya.
Sementara, kata dia, untuk harga pertalite jika mengikuti harga keekonomian seharusnya harganya Rp 14.450 per liter. Saat ini, pertalite dijual di SPBU dengan harga Rp 7.650 per liter.
"Perbedaan Rp 6.800 itu yang harus kita bayar ke Pertamina. Itulah yang disebut subsidi dan kompensasi, " ujar Sri Mulyani.
Selain itu, saat ini pemerintah juga menanggung subsidi lebih besar untuk LPG tabung 3 kg. Saat ini, harga LPG tabung 3 kg hanya Rp 4.250 per kg, sedangkan harga keekonomiannya seharusnya Rp 18.500 per kg. Dengan begitu, subsidinya lebih besar mencapai sekitar Rp 18.500 per tabung.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah masih memperdalam kebijakan baru mengenai Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi termasuk Pertalite. Menurutnya, pemerintah tengah mengkaji anggaran bantuan sosial (bansos) jika harga Pertalite dinaikkan.
"Bantuan sosialnya diminta untuk diperdalam, anggarannya dari mana, programnya seperti apa," kata Airlangga usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis (25/8).