YOGYAKARTA - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap pertumbuhan ekonomi warga tak hanya berpusat di kabupaten, melainkan juga di tingkat kecamatan. "Setiap desa harus tumbuh pemberdayaan masyarakatnya. Kalau bisa, nantinya orang desa tidak usah keluar dari desa karena di desa sudah ada pekerjaan," jelas Sri Sultan, dikutip dari rilis Humas Pemprov DIY hari ini. Salah satu bidang dan lapangan kerja yang dapat dikembangkan adalah budi daya di sektor perikanan.

Pernyataan tersebut disampaikanNgarsa Dalemsaat melakukan kunjungan kerja di Kapanewon Cangkringan, Sleman. Didampingi Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, pada agenda tersebut Ngarsa Dalem memanen dan menebar benih Udang Galah Sijawa (Produksi Jogja Istimewa). Di samping itu, Sri Sultan juga meresmikan Pasar Tradisional Perikanan Cangkringan serta berdialog dengan warga.

Adapun Udang Galah Sijawa yang dipanen Sri Sultan berasal dari tambak swadaya warga yakni Kelompok Peternak Ikan (KPI) Mina Lestari, Kalurahan Brongkol, Cangkringan, Sleman. Sementara, benih Udah Galah Sijawa ditebar Sri Sultan di area tambak seluas 3.000 meter persegi di Kalurahan Cangkringan yang merupakan Tanah Kas Desa (TKD). "Daripada saya diminta izin TKD untuk digunakan orang lain, mending saya berikan untuk dimanfaatkan warganya sendiri," imbuhNgarsa Dalem.

Sri Sultan berharap, pemanfaatan dana keistimewaan ataupun APBD bukan lagi untuk program padat karya seperti jalan dan lingkungan. Melainkan memberikan kesempatan pemberdayaan masyarakat desa. "Beri kesempatan mereka untuk membuat koperasi. Orang miskin saja bisa dibantu, masa yang pengangguran tidak bisa. Misalnya biaya sewa selama empat tahun menyewa kas desa, dibayar danais karena ini dagang. Nanti selama empat tahun dibayari kelompok itu sendiri sehingga dana yang tadinya empat tahun bisa untuk orang lain," uraiNgarsa Dalem.

Menurut Sri Sultan, antara pemerintah dan masyarakat harus tercipta sinergi yang baik guna tercapainya peningkatan taraf hidup masyarakat. "Kewajiban pemerintah itu mendorong, mendampingi kemandirian masyarakat. Kalau masyarakatnya sudah mandiri ya sudah, namun selama belum mandiri ya kami bantu," tambah Sri Sultan.

Sri Sultan berharap, iklim pemberdayaan warga perikanan dapat berjalan berkesinambungan. "Kalau memperbanyak induk otomatis akan punya konsekuensi lebih besar lagi untuk menghasilkan pembibitan bagi masyarakat yang kecenderungannya cukup pembibitan saja. Namun nantinya siapa yang harus beli dan memperdagangkan. Modalnya otomatis akan semakin besar ya pembibitan dan pembesaran sekaligus. Tapi kalau ini menjadi bagian darri engembangan pemberdayaan masyarakat itu soal lain," terang Sri Sultan.

Sebagai sentra produsen ikan, Sri Sultan juga sangat mendorong terciptanya peningkatan perekonomian dengan didirikannya pusat usaha seperti rumah makan. "Ada tempat yang bisa melayani mancing di sini, beli ikan di sini dan dimakan di sini," jelasNgarsa Dalem. Namun demikian, sebaiknya varian usaha dapat diperluas tak hanya rumah makan saja, melainkan juga memanfaatkan hasil bumi yang lain seperti sayur yang dapat membuat produk lebih menarik.

Menurut Sri Sultan, kemasan produk harus diolah sebaik-baiknya agar dapat menjadi salah satu komoditi unggulan yang ditawarkan kepada wisatawan. "Yang namanya melancong wisata itu pastiduwe dhuwit(punya uang), jadi kesempatan agar mereka membelanjakan uangnya di sini. Sehingga inikanbisa berdampak pada ekonomi," harapNgarsa Dalem.

Adanya konsep dari, oleh, dan untuk warga, lanjut Sri Sultan, akan menjadi sebuah upaya yang baik untuk meningkatkan perekonomian warga.Ngarsa Dalemmencotohkan apa yang telah dilakukan kawasan Mangunan, Bantul yang kini telah berhasil menjadi desa wisata maju dan destinasi favorit di DIY.

"Kami bantu Mangunan dengan dana bantuan gubernur sebesar Rp9,8 miliar untuk 3 tahun anggaran. Program pengembangan dilakukan di tahun 2016, 2017, dan 2018. Pada tahun 2019, kami pertama kali RUPS dengan Mangunan, Pemda DIY dapat bersih (Pendapatan Asli Daerah) Rp2,2 miliar. Berarti dana yang berputar di Mangunan tidak kurang dari Rp10 miliar karena peruntukan (Pendapatan Asli Daerah) itu 25%," uraiNgarsa Dalem.

Sementara pada tahun selanjutnya, 2020, Mangunan memberikan PAD kepada Pemda (DIY) sebesar Rp4,3 miliar, dengan estimasi perputaran uang lebih dari Rp20 miliar. Sri Sultan menganggap bahwa potensi pemberdayaan masyarakat seperti di Mangunan dan sekitarnya ini bisa diadopsi kawasan lain di DIY sehingga dapat meminimalisir kemiskinan.

Di sisi lain, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Bayu Mukti Sasongko, mengatakan keberadaan Pasar Tradisional Perikanan Cangkringan dapat berkontribusi dalam peningkatan aktivitas warga di sektor perikanan. "Pasar ini merupakan milik Pemda DIY yang dibangun dengan danais sebesar Rp1,4 miliar. Salah satu dasar pembangunannya adalah karena 57% persen produksi ikan dihasilkan di Kabupaten Sleman," katanya.

Bayu mengatakan bahwa pada pasar tersebut terdapat 25 KPI yang telah memiliki omzet cukup besar. "Setiap bulannya 750 ribu ekor benih ikan. Harapannya dapat mengakselerasi perkembangan perikanan di DIY," ucap Bayu. Keduapuluhlima KPI tersebut dinilai telah memenuhi standar Kementerian Perikanan dan Kelautan RI yang dibuktikan melaui sertifikat kelayakan pengolahan per Januari 2021.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, berujar bahwa di Sleman, terdapat tiga kecamatan yang dijadikan sentra industri perikanan. "Sleman sudah menetapkan wilayah sentra ikan itu di Kalasan, Ngemplak, dan Cangkringan," ujarnya.

Bupati menambahkan bahwa pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sleman memiliki potensi yang sangat besar. "Terdapat sekitar 2.215 hektare lahan yang dialokasikan untuk usaha perikanan. Namun baru terisi sekitar 50 persen saja yakni 1.196 hektare. Peluang untuk mengembangkan sektor perikanan ini sangat dimungkinkan," jelasnya.

Ia menambahkan salah satu kebijakan pengembangan sektor perikanan adalah meningkatkan produktivitas pelaku usaha perikanan. "Selain memproduksi ikan sebagai konsumsi, Sleman juga merupakan penyuplai benih ikan untuk DIY. Pada 2019-2021 produksi benih ikan meningkat sebesar 4,10 persen," katanya. Bupati Kustini berharap agar keberadaan pasar ikan tersebut selanjutnya akan mendorong peningkatan produksi di Sleman dan meningkatkan produktivitas para peternak ikan.

Adapun seremonial peresmian pasar tersebut dilakukan secara simbolis yakni penandatangan batu prasasti oleh Ngarsa Dalem. Selepas agenda peresmian, Ngarsa Dalem turut menyerahkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan Ikan pada 10 perwakilan KPI yang berasal dari Kabupaten Sleman. Sertifikat tersebut yang dikeluarkan Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

Baca Juga: