BANGKOK - Polisi Thailand pada Minggu (8/11) malam terpaksa harus kembali menggunakan meriam air untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa yang turun ke jalanan untuk mendesak Raja Maha Vajiralongkorn agar mendengarkan tuntutan mereka untuk melaksanakan reformasi guna mengekang kekuasaan monarki dan digantinya pemerintahan.

Langkah yang diambil polisi dengan mengerahkan meriam air ini merupakan yang kedua kalinya dalam menghadapi protes damai selama berbulan-bulan dimana demonstran antipemerintah menyerukan demokrasi yang lebih besar dan lengsernya mantan pemimpin junta, Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha.

Diperkirakan ada lebih dari 10.000 pengunjuk rasa yang berkumpul di Monumen Demokrasi yang ada di pusat kota Bangkok. Dalam aksinya, para demonstran membawa spanduk bertuliskan "Reformasi atau revolusi".

Meriam air disemprotkan saat para demonstran itu makin mendekati barikade bus dan kawat berduri yang dipasang dekat Sanam Luang yang berada dekat dengan Grand Palace. Meriam air disemprotkan agar para demonstran tak bisa mendekati Istana Utama Raja Thailand itu.

Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa mereka berusaha menyampaikan pesan ke Biro Rumah Tangga Kerajaan. "Kami tidak lagi ingin raja ikut campur dalam urusan politik," Jutatip Sirikhan, salah satu pemimpin aksi protes.

"Tolong, raja, tolong dengarkan rakyat. Orang-orang tidak senang karena Anda membiarkan militer memiliki kekuatan penuh dan menyetujui kudeta mereka. Kami menginginkan reformasi," ucap seorang pengunjuk rasa bernama Keng, 25 tahun.

Aksi protes di Thailand telah terjadi sejak Juli lalu dimana para demonstran menyerukan 3 tuntutan utama yaitu penggantian konstitusi. mundurnya PM Prayut Chan-Ocha dan reformasi monarki.

Dalam tuntutannya, para pengunjuk rasa mengatakan monarki telah membantu memungkinkan dominasi militer selama puluhan tahun di Thailand, yang paling baru dengan menyetujui jabatan perdana menteri Prayuth, yang merebut kekuasaan dalam kudeta 2014 dan mempertahankan jabatannya setelah pemilu yang disengketakan tahun lalu.

Terkait tuntutan reformasi monarki, para pengunjuk menginginkan agar raja secara lebih jelas ditempatkan di bawah konstitusi, membalikkan perubahan yang telah dibuat raja tidak lama setelah ia naik takhta serta tindakan yang membuat raja secara pribadi bisa mengambil kendali atas kekayaan istana dan beberapa unit tentara.

Aksi Tandingan

Selain demonstran prodemokrasi, sejumlah anggota pendukung raja juga terlihat menggelar aksi tandingan di Monumen Demokrasi dimana mereka terlihat mengenakan kemeja kuning yang merupakan warna kerajaan dan mengibarkan bendera Thailand. Banyak diantara mereka juga membawa foto raja dan almarhum ayahanda raja yaitu Raja Bhumibol Adulyadej.

"Saya ingin melindungi monarki dan raja," kata Chutima Liamthong, 58 tahun. "Monarki adalah identitas Thailand. Kita tak bisa berdiri tanpa monarki," imbuh dia.

Kubu pendukung raja ini melihat tuntutan reformasi monarki yang diajukan pengunjuk rasa prodemokrasi sebagai cara untuk menyingkirkan raja sepenuhnya, meskipun pengunjuk rasa menyangkal bahwa itu adalah tujuan dari tuntutan mereka. ST/I-1

Baca Juga: