Puluhan ribu orang berkumpul di ibu kota Belgia, Brussel, untuk menentang peraturan Covid-19. Beberapa pengunjuk rasa melemparkan kembang api ke arah petugas polisi, yang turun tangan dengan gas air mata dan meriam air.

Demonstran terutama menentang penggunaan kartu pas Covid-19, yang menghentikan orang yang tidak divaksinasi memasuki tempat-tempat seperti restoran atau bar. Ini terjadi setelah protes baru di Belanda terhadap aturan penguncian baru.

Pada hari Sabtu (20/11), terjadi juga protes di Rotterdam yang berubah menjadi kekerasan dan polisi melepaskan tembakan, orang-orang melemparkan kembang api ke polisi dan membakar sepeda di Den Haag.

Tidak hanya itu, ribuan demonstran juga turun ke jalan-jalan di Austria, Kroasia dan Italia ketika kemarahan memuncak atas pembatasan baru.

Di Belgia, aturan tentang masker telah diperketat, termasuk di tempat-tempat seperti restoran di mana izin Covid-19 sudah diperlukan, dan sebagian besar warga Belgia juga harus bekerja dari rumah empat hari seminggu hingga pertengahan Desember. Ada juga rencana untuk membuat vaksinasi bagi petugas kesehatan wajib.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan "sangat khawatir" tentang meningkatnya kasus virus corona di benua itu. Direktur regionalnya, Dr Hans Kluge, mengatakan bahwa kecuali tindakan diperketat di seluruh Eropa, setengah juta lebih banyak kematian dapat dicatat pada musim semi berikutnya.

"Covid-19 sekali lagi menjadi penyebab kematian nomor satu di wilayah kami," katanya, seraya menambahkan "kami tahu apa yang perlu dilakukan" untuk melawan virus, seperti vaksinasi, memakai masker.

Sementara itu, banyak pemerintah di seluruh benua eropa memberlakukan pembatasan baru untuk mencoba mengatasi peningkatan infeksi. Disejumlah negara baru-baru ini melaporkan jumlah kasus harian tertinggi.

Baca Juga: