JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya saat "Kick Off Meeting" Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) ke-10 di Jakarta, Rabu (15/2), mengatakan sumber daya air berkelanjutan menjadi isu yang sangat mendesak bagi dunia. Kebutuhan air di dunia meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi pangan dan juga industri.

Sementara itu, ketersediaan air yang berkualitas dan berkelanjutan semakin sulit akibat degradasi lingkungan dan perubahan iklim. "Pengelolaan sumber daya air secara efisien dan terpadu merupakan agenda yang harus kita kerjakan bersama agar air bisa dikelola dan bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran bersama," kata Presiden.

Sejumlah agenda yang perlu menjadi isu prioritas dalam Forum Air Dunia yang akan berlangsung pada 18-24 Mei 2024 mendatang di Bali, yakni upaya konservasi, ketersediaan air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, hingga mitigasi bencana alam berupa banjir dan kekeringan.

"Agenda-agenda tersebut harus menjadi kerja bersama, partisipasi rakyat dan kerja sama dari berbagai pihak. Dialog dan kemitraan antarnegara yang dilakukan dalam semangat kebersamaan untuk kesejahteraan rakyat dunia," kata Jokowi.

Agenda-agenda prioritas itu, membutuhkan banyak inovasi, termasuk inovasi dalam pendanaan. Inovasi di aspek finansial tersebut perlu melibatkan pemerintah dan swasta.

Setiap pemangku kepentingan juga, papar Presiden, memerlukan inovasi teknologi untuk mengelola kebutuhan konsumsi energi dan pangan, serta komitmen untuk berbagi dan bekerja sama. "Saya sangat mengharapkan pertemuan awal menuju the 10th WWF ini dapat menghasilkan agenda-agenda penting yang akan kita tindak lanjuti pada acara puncak WWF di Bali," kata Kepala Negara.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengungkapkan hasil WWF tahun depan dapat menjadi referensi global terkait pengelolaan sumber daya air. "Hasilnya, pasti menjadi referensi bagi seluruh dunia, tidak hanya Indonesia," kata Basuki.

Indonesia bisa mengambil dan belajar dari pengalaman terkait air dari negara lain seperti penanganan banjir, sebaliknya negara lain juga berkesempatan untuk belajar dari kearifan lokal yang dimiliki Indonesia terkait pengelolaan air seperti subak di Bali.

Ekosistem Pangan Lokal

Pakar Pangan Lokal dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Saptarining Wulan, mengatakan pemerintah harus menjaga ekosistem pangan lokal untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan. Meluasnya ekspansi perkebunan kelapa sawit di sejumlah daerah, termasuk Papua, bisa mengancam ekosistem pangan lokal, seperti sagu dan umbi-umbian, karena komoditas tersebut mengonsumsi air banyak. "Semakin meluas perkebunan sawit, serapan airnya juga tinggi," katanya.

Begitu pula dengan upaya mengubah alam dari vegetasi hutan hujan tropis ke persawahan monokultur dinilai kurang tepat, karena akar tanaman padi tidak mampu menahan air hujan di musim hujan dan mengeluarkan air di musim kemarau seperti fungsi vegetasi hutan hujan tropis.

Baca Juga: