LONDON - Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan puluhan tahun deforestasi, pertambangan dan polusi industri telah memakan korban di planet ini, menyebabkan 40 persen lahannya terdegradasi dan menempatkan ekonomi dalam risiko.

Hampir setengah dari luas daratan dunia sekarang diambil oleh pertanian, yang membuat petak-petak hutan dibuka untuk peternakan dan ladang tanaman.

"Jika tren berlanjut, 11 persen lagi dari permukaan tanah dunia, seukuran Amerika Selatan, dapat terdegradasi pada 2050," kata Konvensi PBB untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD) dalam pandangan lahan globalnya, Rabu (27/4).

Dunia menuntut lebih banyak makanan untuk memberi makan populasi yang terus bertambah, sementara upaya memerangi perubahan iklim melibatkan membiarkan hutan tetap utuh dan memperluas proyek berbasis lahan seperti susunan panel surya dan ladang angin.

"Ini adalah tuntutan yang bersaing. Tidak banyak (tanah) yang tersisa untuk dikerjakan," kata Kepala Ilmuwan UNCCD, Barron Orr.

Manusia telah mengubah lebih dari 70 persen lahan bebas es di bumi untuk mencari makanan dan sumber daya alam, termasuk segala sesuatu mulai dari pasir hingga bahan bakar fosil.

"Degradasi tanah berarti kematian. Laporan ini adalah peringatan, kita tidak bisa menerima begitu saja," ujar Sekretaris Eksekutif UNCCD, Ibrahim Thiaw kepada Reuters.

Pembuat Kebijakan

Pada konferensi ke-15, yang akan diadakan bulan depan di Abidjan, UNCCD akan memperingatkan para pembuat kebijakan bahwa degradasi lahan menempatkan beberapa bisnis dan industri dalam risiko. Sekitar setengah dari ekonomi global atau sekitar 44 triliun dollar AS per tahun, bergantung pada pengolahan lahan atau ekstraksi sumber daya.

"Negara-negara telah berjanji untuk memulihkan 10 juta kilometer persegi pada tahun 2030, atau seukuran Tiongkok, tetapi gagal memobilisasi 1,6 triliun dollar AS atau lebih yang dibutuhkan untuk tugas itu," kata laporan itu.

Baca Juga: