Kenaikan harga hingga Oktober 2018 diperkirakan meningkat akibat faktor musiman sehingga dikhawatirkan menggerus daya beli masyarakat sepanjang triwulan III tahun ini.

JAKARTA AKARTA AKARTAAKARTA - Hasil survei konsumen yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap perilaku konsumen pada triwulan III-2018 menunjukkan adanya tekanan kenaikan harga sehingga daya beli mereka diperkirakan turun.

Padahal, selama ini, konsumsi masih menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi nasional. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat melemah, terutama dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini dan keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama.

"Hasil survei mengindikasikan bahwa tekanan kenaikan harga pada tiga bulan mendatang atau Oktober 2018 diperkirakan meningkat dari bulan sebelumnya dipengaruhi oleh kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan harga BBM nonsubsidi," sebut BI. Sementara itu, meningkatnya perkiraan tekanan kenaikan harga pada enam bulan mendatang atau Januari 2019 disebabkan oleh peningkatan permintaan pada periode Tahun Baru.

Survei konsumen bank sentral mencatat pada Juli 2018 mengindikasikan optimisme konsumen tetap terjaga. Hal tersebut tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK ) Juli 2018 yang tercatat 124,8 atau berada dalam zona optimis (di atas 100). Meskipun tetap optimis, IKK Juli 2018 lebih rendah dibandingkan dengan IKK pada bulan sebelumnya sebesar 128,1.

"Keyakinan konsumen tetap terjaga ditopang oleh relatif stabilnya Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) dengan masih kuatnya ekspektasi penghasilan ke depan," sebut BI. Sementara itu, BPS memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2018 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal itu tecermin pada perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK ) yang turun dari 125,43 pada triwulan II 2018 menjadi 96,99 pada triwulan III 2018. "ITK turun agak jauh, karena sudah dapat tunjangan hari raya (THR) dan segala macam," kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Senin (6/8).

Penurunan ITK menunjukkan berkurangnya rencana masyarakat untuk membeli barang tahan lama, melakukan rekreasi, dan menyelenggarakan hajatan. Dia pesimistis tingkat konsumsi masyarakat pada triwulan III mampu melampaui capaian triwulan II sebesar 5,14 persen.

Bergantung Inflasi

Pertumbuhan tingkat konsumsi di triwulan II sendiri merupakan yang tertinggi sejak 2016. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan konsumsi di triwulan II 2017 dan triwulan I 2018 yang masing-masing mencapai 4,98 persen.

Kendati demikian, prediksi penurunan rencana belanja masyarakat bisa berubah jika inflasi ke depannya bisa terus terkendali. Sebelumnya, lembaga tersebut mencatat inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen secara bulanan atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,59 persen.

Sementara itu, ITK pada triwulan II 2018 lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang sebesar 103,83. "Ini didorong meningkatnya pendapatan, tingkat inflasi terkendali, dan volume konsumsi rumah tangga," kata Suhariyanto.

bud/E-10

Baca Juga: