Peningkatan produksi melalui optimalisasi data spasial dan pengelolaan pascaproduksi diharapkan dapat menyukseskan program swasembada pangan.

JAKARTA - Pemerintah menilai optimalisasi data spasial sangat membantu meningkatkan produksi guna menciptakan swasembada pangan. Tak hanya itu, pengelolaan pascaproduksi juga berperan penting dalam mewujudkan swasembada demi tercapainya ketahanan pangan dalam negeri.

Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak Badan Informasi Geospasial atau BIG untuk menyukseskan program swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Data spasial sangat membantu para petani yang sedang berproduksi terutama dalam mendapatkan pupuk subsidi agar tepat sasaran.

"Data spasial sangat membantu dan menjadi bagian dari solusi petani seperti pupuk dan meningkatkan produktivitas pertanian," ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono saat menerima kunjungan dari jajaran Badan Informasi Spasial (BIG) di kantor pusat Kementan, Jakarta, Rabu (23/10).

Mas Dar, sapaan akrab Wamentan Sudaryono, mengatakan data spasial adalah bagian penting dari program yang saat ini sedang dijalankan. Selain digitalisasi dan mekanisasi, data SLA juga sangat dibutuhkan untuk monitoring dan evaluasi terhadap berbagai program.

"Ini program rencana kita untuk digitalisasi terutama untuk monitoring juga harus modern. Kan kalau bicara visi sudah jelas, misi juga sudah jelas, programnya sudah bagus dan yang penting monitoring semua program visi misinya. Karena kita ingin menjadi solusi bagi seluruh rakyat," katanya.

Mengenai hal ini, Wamentan Sudaryono ingin Kementan dan BIG mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi para petani. Karena itu, data dan juga hasil monitoring sangat diperlukan. "Kita harus berbuat sesuatu yang bisa menjadi solusi dengan teknologi dan bisa memberi solusi yang tepat bagi banyak orang," katanya.

Kepala BIG, Muh Aris Marfai, mengaku siap menjalankan berbagai arahan Wamentan untuk merealisasikan swasembada pangan dalam waktu sesingkat-singkatnya sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto. "Nah di dalam swasembada pangan itu tentu kita perlu memikirkan intensifikasi lahan pertanian, di mana salah satunya mempunyai lahan pertanian yang baru. Di situlah data spasial dibutuhkan penting untuk mendapatkan potensi lahan pertanian," katanya.

Aris menambahkan, BIG sudah memperlihatkan analisis mengenai besarnya potensi yang dimiliki bangsa Indonesia khususnya pada lahan pertanian. "Kami sudah memperlihatkan analisis spasial untuk membantu potensi sawah yang ada irigasinya atau bisa dijadikan sumber air. Nah, di situ lagi-lagi data spasial kembali bermain," jelasnya.

Pengelolaan SSP

Tak hanya di tahapan produksi, pengelolaan pascaproduksi dinilai berperan penting dalam meningkatkan ketahanan pangan. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan pentingnya pengelolaan susut dan sisa pangan (SSP) melalui peta jalan pengelolaan atau food loss and waste (FLW), guna meningkatkan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan dan efektif.

"Peta jalan pengelolaan SSP atau lebih sering disebut food loss and waste untuk mendukung pencapaian ketahanan pangan menuju Indonesia Emas 2045, yang akan menjadi acuan bagi para pihak dalam melakukan upaya penyelamatan susut dan sisa pangan," kata Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis, dalam keterangan di Jakarta, Kamis (24/10).

Baca Juga: