Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan, menilai data 10 juta Generasi Z (Gen Z) yang menganggur mesti dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada. Selain itu, perlu juga dibandingkan dengan angka pengangguran secara nasional.

JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan, menilai data 10 juta Generasi Z (Gen Z) yang menganggur mesti dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada. Selain itu, perlu juga dibandingkan dengan angka pengangguran secara nasional.

"Mesti kita lihat dulu ya s3cara nasional kan ada pengangguran berapa dulu nih dan kita perlu lihat Lapangan kerja yang tersedia seperti apa profilnya," ujar Kiki usai Penandatanganan Kerja Sama antara Satuan Pendidikan Vokasi dan FKS Group, di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan, selama ini profil ketersediaan lapangan kerja belum pernah muncul. Dia juga mempertanyakan terkait mekanisme atau metode terkait Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tersebut.

Kiki memastikan, pihaknya terus mendorong relevansi kurikulum pendidikan vokasi di setiap jenjangnya dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Menurutnya, komunikasi antar keduanya penting agar lulusan sesuai dengan kebutuhan kerja.

"Kira-kira 5 tahun yang akan datang, misalnya, lulusan konsentrasi keahlian kuliner harus bisa apa? Industrinya juga tidak tahu, karena tidak pernah bisa melihat bagaimana perkembangan teknologi, bisnis, bahkan geopolitik," ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, 16 satuan pendidikan vokasi dan FKS Group yang akan meliputi upaya penyusunan kurikulum bersama. Harapannya kedua pihak dapat mendapatkan keuntungan bersama soal pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia.

Keterlibatan Industri

Sementara itu, Country Head FKS Group, Yanuar Samron mengatakan, industri saat ini lebih ingin terlibat dari awal dalam membentuk sumber daya manusia adalah hal yang positif. Menurutnya, keterlibatan industri dalam menyusun kurikulum bersama di satuan pendidikan diharapkan meminimalisir ketidaksesuaian antara ketersediaan dan kebutuhan SDM.

"Jadi, kalau kita sudah bisa persiapkan dari awal, kami bisa bentuk, kami bisa ikut serta lah menambah values dari anak-anak didik, harapannya bisa menjadi bagian dari kami," ucapnya.

Direktur SMK, Kemendikbudristek, Wardani, mengungkapkan, pihaknya terus pembelajaran berbasis proyek dan produk di SMK yang bekerja sama dengan industri. Hal tersebut melihat kesesuaian model pembelajarannya dengan karakteristik Gen Z.

"Harapan kita berarti yang diperbanyak itu kayak bikin proyek-proyek dan produk-produk seperti itu ya untuk kegiatannya lebih efektif," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, menyebut, dari data 10 juta Gen Z menganggur didominasi jenjang SMK dan SMA. Hal tersebut karena ketidaksesuaian antara kebutuhan dunia kerja dengan keterampilan yang dimiliki lulusan SMA maupun SMK.

Baca Juga: