September, Oktober, November, dan Desember sebenarnya adalah nama Romawi untuk bulan ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh. Lalu bagaimana kerancuan ini bermula?

September, Oktober, November, dan Desember sebenarnya adalah nama Romawi untuk bulan ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh. Lalu bagaimana kerancuan ini bermula?

Setiap orang hafal nama-nama bulan mulai dari Januari sebagai bulan pertama hingga Desember sebagai bulan terakhir. Namun masih banyak yang belum tahu dari mana nama bulan-bulan tersebut dicetuskan dan dari mana asalnya.

Nama bulan tersebut muncul pada era Kekaisaran Romawi. Jika ada pertanyaan mengapa setiap tahun diakhiri dengan bulan September, Oktober, November, dan Desember padahal keempatnya artinya bulan ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh? Untuk itu bisa menyalahkan orang Romawi.

Caillan Davenport, dosen senior Sejarah Romawi dari Universitas Macquarie, Australia, menerangkan bahwa tahun Romawi awalnya memiliki sepuluh bulan, sebuah kalender yang dianggap berasal dari raja pertama yang legendaris, Romulus. Berbagai tradisi mengaitkannya dengan pendirian banyak lembaga hukum, politik, agama, dan sosial tertua di Roma yang diberi sebutan menurut namanya.

Menurut tradisi yang penuh dengan mitologi, Romulus menamai bulan pertama, Martius, menurut nama ayahnya sendiri, Mars (Maret), dewa perang. Bulan ini disusul oleh Aprilis (April), Maius (Mei, dan Iunius (Juni), nama-nama yang diambil dari nama dewa atau aspek kebudayaan Romawi.

Namun setelah itu nama bulan bukan lagi berasal dari nama dewa lagi. Bulan-bulan berikutnya hanya diberi nama sesuai urutan angkanya seperti bulan kelima (Quintilis), bulan keenam (Sixtilis), dan seterusnya, hingga bulan kesepuluh yaitu Desember.

Penetapan dua bulan tambahan, Ianuarius (Januari) dan Februarius (Februari), pada awal tahun dikaitkan dengan Numa, raja kedua Roma. Terlepas dari kenyataan bahwa sekarang ada 12 bulan dalam tahun Romawi, nama-nama numerik dari bulan-bulan berikutnya tidak diubah.

Jika Januari mengambil namanya dari Janus, dewa awal dan akhir Romawi, maka Februari berasal dari kata februa atau Fenruarius yang merupakan perayaan dan upacara penyucian atau pemurnian bagi bangsa Romawi kuno untuk menyambut datangnya musim semi di belahan Bumi utara.

Penamaan bulan ini bermula dengan festival Lupercalia yang diadakan setiap tahun pada tanggal 15 Februari, sebuah perayaan tahunan bangsa Romawi kuno untuk melawan roh-roh jahat dan memurnikan kota, memberikan kesehatan dan kesuburan.

Asal usul beberapa nama bulan masih diperdebatkan bahkan oleh orang Romawi sendiri. Salah satu tradisi mengatakan bahwa Romulus menamai April dengan nama Dewi Aphrodite, yang lahir dari buih laut atau aphros dalam bahasa Yunani kuno.

Aphrodite yang dikenal sebagai Venus bagi orang Romawi adalah ibu dari Aeneas. Ia melarikan diri dari Kota Troya ke Italia dan mendirikan ras Romawi. Versi lainnya adalah bahwa bulan April berasal dari kata kerja Latin aperio yang artinya "membuka", merujuk pada kuncup bunga yang mulai terbuka di musim semi.

Seperti yang ditulis penyair Ovid: "Karena mereka mengatakan bahwa bulan April dinamai berdasarkan musim membuka karena musim semi kemudian membuka segala sesuatu dan hawa dingin yang beku akibat embun pun hilang, serta Bumi pun membuka kembali tanahnya yang padat … ."

Ada perdebatan serupa tentang asal usul bulan Mei dan Juni. Ada cerita bahwa Romulus menamai keduanya setelah dua divisi dari badan warga negara laki-laki Romawi, maiores artinya lebih tua (senior) dan dan iuniores artinya junior. Namun, diyakini juga bahwa nama kedua bulan itu berasal dari Dewi Maia dan Juno, Dewi perang.

Perubahan dan Kesalahan

Nama-nama numerik bulan-bulan pada paruh kedua tahun ini tetap tidak berubah hingga akhir Republik Romawi. Pada tahun 44 SM, Quintilis diganti namanya menjadi Iulius, untuk merayakan bulan kelahiran diktator Julius Caesar. Lalu pada tahun 8 SM, putra angkat dan pewaris Caesar, Kaisar Augustus, mengganti nama Sextilis untuk menghormati dirinya.

Perubahan ini menyisakan empat bulan yaitu September, Oktober, November, dan Desember. Namun sepertinya kaisar berikutnya tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk mengganti nama bulan-bulan tersebut.

Meskipun tidak ada nama baru mereka yang bertahan hingga saat ini, Domitianus pernah mengganti nama September, bulan ketika ia menjadi kaisar, menjadi Germanicus.

Nama Domitianus digunakan untuk menghormati dirinya sendiri dan merayakan kemenangan atas bangsa Jerman. Sedangkan Oktober, bulan ulang tahunnya, ia dengan sederhana memberi nama Domitianus, menurut namanya sendiri.

Namun, arogansi Domitianus tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Commodus yang megalomaniak. Istilah ini untuk menggambarkan gangguan konsepsi atau keyakinan diri seseorang yang dibesar-besarkan.

Commodus mengganti nama setiap bulan dengan gelar kekaisarannya sendiri, termasuk Amazonius (Januari) dan Herculeus (Oktober). Nama-nama bulan itu tetap bertahan setelah kematian Commodus, namun keempat bulan itu terlanjur menggunakan nama numerik yang salah. hay/I-1

Baca Juga: