KAIRO - Ketika diplomat dari hampir 200 negara akan bertemu di Sharm el Sheikh, Mesir, pada 7 November mendatang, perundingan tidak hanya berpusat pada reduksi emisi dan dekarbonisasi, melainkan juga dana kompensasi bencana iklim.

Perdebatan soal dana hibah iklim tersebut diniatkan sebagai instrumen untuk memitigasi dampak gelombang panas ekstrem, kebakaran hutan, kenaikan muka laut atau bencana kekeringan. Ia terutama membantu negara-negara miskin yang notabene berkontribusi paling kecil pada pemanasan global.

Menurut PBB, sebanyak 46 negara miskin di dunia yang mewakili 14 persen populasi Bumi, tercatat memproduksi hanya 1 persen pada emisi CO2 tahunan. Namun, bencana iklim yang kini juga melanda negara-negara kaya, semisal kekeringan ekstrem di Eropa dan Amerika Utara, mengubah paradigma dana iklim.

"Kita tiba di persimpangan kritis. Kami di negara berkembang sudah terkena dampak bencana iklim dan membahasnya sejak lama. Tapi, sekarang negara-negara kaya juga terkena dampak," kata Saleemul Huq, penasihat di lembaga iklim, Climate Vulnerable Forum, yang mewakili 55 negara.

Masih Harus Dibahas

Saat ini, dana iklim sebesar 100 miliar dollar AS yang dijanjikan hingga 2020 masih belum sepenuhnya dikucurkan. Terlepas dari instrumen PBB tersebut, dana kompensasi iklim masih harus dibahas pada KTT COP27 di Mesir.

"Isu ini tidak ambigu sama sekali. Pembiayaan berarti uang. Ini berarti Anda harus merogoh kocek Anda dan mengeluarkan dolar, euro atau yen dan menyerahkannya kepada korban perubahan iklim," kata Huq.

Isu dana kompensasi iklim sejauh ini belum dimasukkan ke dalam agenda KTT Iklim COP27. Penyebabnya adalah penolakan AS dan Uni Eropa yang berusaha menghindari komitmen mengikat terhadap pembiayaan iklim.

"Harapan saya adalah agar negara maju mampu menyatukan sikap untuk mendukung perlakuan yang lebih adil dalam isu kerugian iklim," kata Menteri Ekonomi Jamaika, Matthew Samuda.

Pada KTT COP26 tahun lalu, negara-negara peserta menyepakati perundingan selama dua tahun untuk membentuk dana kompensasi. Tapi, putaran perundingan terhenti sebelum membahas isu pembiayaan.

Padahal, pembahasan kompensasi iklim dalam KTT COP27 akan membuka kesempatan untuk mendiskusikan sumber dana, cara pendistribusiannya dan bagaimana mendefinisikan kerugian iklim.

Baca Juga: