KUPANG - Dampak pemanasan global yang menimbulkan masalah serius pada sektor pertanian perlu didorong untuk dibahas bersama para peserta KTT G20. Hal ini mesti dilakukan karena pemanasan global secara langsung maupun tidak langsung telah memengaruhi ketersediaan sumber daya pertanian dan produktivitasnya.
"Salah satu masalah serius yang perlu dibahas oleh peserta G20 adalah pemanasan global dan dampaknya terhadap pertanian," kata Pengamat Pertanian dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur, Leta Rafael Levis, ketika dihubungi di Kupang, Rabu (9/3).
Rafael Levis mengatakan sumber daya pertanian yang terdampak langsung dari pemanasan global adalah menurunnya debit air yang dapat ditemui di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.
Ia mencontohkan salah satu dampak seperti terjadinya eksodus para petani dari desa-desa ke kota di Maroko. Mereka telah meninggalkan lahan pertanian dan mencari pekerjaan lain di luar sektor pertanian karena alasan lahan pertanian mereka mengalami kekeringan.
Kekurangan Air
Rafael Levis mengatakan selain kekurangan air, kesuburan lahan pertanian juga menurun yang diakibatkan oleh penggunaan zat kimia yang tidak terkontrol.
Oleh sebab itu, kata dia, kegiatan G20 di Indonesia menjadi momentum penting, di mana negara-negara perlu melakukan kompromi untuk mengembangkan sistem pertanian yang dapat beradaptasi dengan pemanasan global melalui pengembangan sistem pertanian berbasis konservasi.
Ia menjelaskan pertanian konservasi bertujuan antara lain mengantisipasi pemanasan global, meningkatkan produktivitas pertanian, melakukan konservasi tanah dan air, mengurangi penggunaan zat-zat kimia dan menghemat biaya dan tenaga kerja.