Pandemi Covid-19 berpengaruh pada kehidupan anak-anak. Mereka mengalami berbagai kesulitasn terutama belajar. Mereka juga kesulitan memperoleh asupan gizi yang baik dan bahkan mengalami tindak kekerasan.

Anak bukan hanya buah hati orang tua, namun juga bakal menjadi generasi penerus bangsa. Agar menjadi generasi penerus yang berkualitas, pada masa tumbuh kembang harus berjalan dengan optimal, meski berada di masa pandemi Covid-9.

Pada masa pandemi Covid-19 sekarang anak-anak turut mengalamai dampak baik secara sosial maupun ekonomi. Berdasarkan penelitian Unicef Indonesia tentang dampak nonkesehatan akibat Covid-19 menyebutkan, anak-anak Indonesia mengalami tiga krisis: yaitu kemiskinan, gizi, dan pembelajaran.

"Dampak Covid-19 atas kesehatan anak-anak memang tak besar. Tapi anak harus ikut menanggung dampak lain, yaitu sosial dan ekonomi," ujar Spesialis Kebijakan Sosial Unicef, Angga Dwi Matra.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada ekonomi orang tua baik yang bekerja pada sektor informal maupun formal. Turunnya pendapatan orang tua sangat berpengaruh pada kesejahteraan anak-anak pada masa wabah Covid-19 ini.

Pendapatan orang tua yang menurun membuat anak-anak mengalami krisis gizi. Sebanyak 36 persen reponden dari keluarga dengan ekonomi terdampak menyatakan, mengurangi porsi makan, yang tentu saja berpengaruh pada asupan gizi anak.

Krisis pembelajaran juga dialami anak-anak. Sebab waktu belajar sistem tatap muka langsung yang hilang. Meski tetap belajar di rumah dengan metode jarak jauh, siswa menyatakan sulit menguasai ilmu sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pembelajaran jarak jauh membuat siswa kelelahan, kurang istirahat, dan stres. Hal ini dibuktikan dengan ratusan pengaduan terkait beban tugas yang mayoritas anak-anak usia sekolah menengah.

Hasil penelitian terhadap 246 responden utama, 1.700 siswa pembanding, dan 602 guru, KPAI mendapat kesimpulan, pembelajaran jarak jauh membuat siswa kelelahan, kurang istirahat, dan stres.

"Kebanyakan guru hanya memberi tugas dan menagih. Nyaris tak ada interaksi seperti tanya jawab langsung, atau guru menjelaskan materi," kata Komisioner Komisi PerlindunganAnakIndonesia,RetnoListyarti.

Sabar

Atas masalah yang dihadapi anak-anak sekarang, tidak heran jika dalam sambutannya melalui video, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negera Iriana berpesan agar-anak-anak tetap semangat di masa yang tidak mudah. "Apa kabar semuanya. Semoga semuanya sehat. Tetap semangat dan selalu gembira," sapanya dalam peringatan Hari Anak Nasional 2020, belum lama.

Lebih jauh, Presiden berpesan agar anak Indonesia tetap sabar menghadapi pandemi. "Saat ini ada pandemi virus korona. Saya tahu anak-anak tidak sabar untuk bersekolah, tidak sabar untuk bermain, tidak sabar ingin bertemu dengan kakek nenek yang jauh," katanya,

"Sekarang, anak-anak sedang belajar hal baru. Belajar berdisiplin untuk melindungi diri sendiri, melindungi keluarga dan teman-teman. Dengan cara apa? Disiplin mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan," sambung Iriana.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, minta para orang tua memastikan agar anak-anak aman dari penularan Covid-19. Selain itu, orang tua harus dapat memastikan anak-anak terus bisa termotivasi belajar dari rumah.

"Selamat Hari Anak Nasional kepada seluruh anak-anak di Indonesia di mana pun kalian berada. Semoga anak-anak sekalian, selalu dalam keadaan sehat, bergembira. Bisa terus belajar dan bermain dalam keadaan aman. Pastikan anak-anak tetap aman dari penularan Covid-19," pintanya.

Menutrut Yurianto, asupan gizi yang baik, imunisasi yang lengkap juga harus dipastikan terpenuhi di masa pandemi. "Pastikan anak-anak mendapat asupan gizi yang baik, imuniasi lengkap dan terlindungi dari berbagai macam kekerasan" tambahnya.

Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro, menuturkan, ke depan anak-anak akan merasakan dampak pandemi Covid-19, seperti status gizi, pendidikan dan perlindungan anak. "Covid-19 sekaligus dapat membuat makin lebar ketimpangan yang sudah ada, terkait gender, dan ekonomi sehingga anak-anak akan terus merasakan dampaknya," tuturnya.

Agar dampak pandemi tidak menyebabkan kerugian jangka panjang bagi anak, orang tua perlu mendukung keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Mendukung anak tetap belajar dengan mengawasi partisipasinya pada platform daring. Melindungi anak dari kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan. hay/G-1*

Baca Juga: