Ekonomi Indonesia disebut masih lebih baik dibanding negara lain di tengah krisis ekonomi yang diakibatkan oleh sejumlah hal, yakni perang Rusia-Ukraina, lonjakan harga komoditas energi dan pangan, sampai hambatan rantai pasok.

Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi Indonesia. Pasalnya, banyak negara baik yang tergolong berkembang maupun negara maju sekalipun, yang terdampak krisis ekonomi. Salah satunya dirasakan oleh Sri Lanka yang kini bangkrut.

Presiden Bank Dunia David Malpass bahkan mengatakan beberapa negara sulit menghindari resesi.

"Perang di Ukraina, lockdown di Tiongkok, gangguan rantai pasok, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," ungkap Malpass, dikutip dari laman resmi Bank Dunia.

Meski demikian, ekonomi Indonesia justru mampu bertahan bahkan mencatatkan pertumbuhan positif di tengah gejolak ekonomi global. Bank Dunia melalui laporannya yang bertajuk Global Economic Prospects periode Juni 2022, memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 5,1 persen.

Tak hanya itu, Bank Dunia bahkan memperkirakan ekonomi Indonesia akan semakin bergeliat sampai 2024. Lembaga keuangan internasional itu memproyeksi ekonomi Indonesia tembus sampai 5,3 persen pada 2023 dan 2024.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang luar biasa. Mengingat rata-rata ekonomi negara berkembang diprediksi Bank Dunia akanmelambat dari 6,6 persen pada 2021 menjadi 3,4 persen pada 2022. Angka itu bahkan jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8 persen dalam kurun waktu 2011 sampai 2019.

Tak hanya negara berkembang, pertumbuhan ekonomi yang kian melambat juga diproyeksi Bank Dunia akan turut dirasakan oleh negara maju. Pertumbuhan ekonomi di negara-negara itu diperkirakan melambat menjadi 2,6 persen pada 2022 dari yang sebelumnya berada di angka 5,1 persen pada 2021. Angka itu pun akan semakin melambat menjadi 2,2 persen pada 2023.

Rentetan hal ini turut membuat Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,1 persen menjadi hanya 2,9 persen pada tahun ini. Prediksi itu juga melambat dari 5,7 persen padai 2021.

Baca Juga: