Daerah dengan perekonomian yang mengandalkan komoditas SDA perlu segera menciptakan diversifikasi sumber penggerak ekonomi.

JAKARTA - Pemerintah perlu mendorong reformasi struktural di daerah melalui diversifikasi mesin penggerak ekonomi, terutama yang sangat bergantung pada komoditas sumber daya alam (SDA). Selain rentan terhadap gejolak global, konsep terekonomian tersebut dinilai tak berkesinambungan atau sustainable.

Sampai saat ini, masih banyak daerah yang perekonomiannya sangat bergantung pada komoditas SDA, terutama di luar Pulau Jawa. Salah satunya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Akademisi Universitas Bangka Belitung menyatakan Provinsi Kepulauan Babel perlu segera menyiapkan alternatif ekonomi baru agar bisa melepas ketergantungan terhadap komoditas timah. "Perlu adanya sumber pertumbuhan dari ekonomi baru yang memanfaatkan potensi alam lain selain timah, misalnya sektor pariwisata," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB), Devi Valeriani, di Pangkalpinang, Senin (22/1).

Menurut dia, untuk pilihan saat ini, sektor pariwisata bisa menjadi andalan untuk pengembangan ekonomi daerah selanjutnya, karena Babel merupakan daerah kepulauan sehingga sangat memungkinkan untuk memanfaatkan potensi ekonomi biru.

"Sebagian besar wilayah Babel merupakan laut yang dapat menjadi modal utama pengembangan pariwisata. Pemerintah daerah perlu menggiring seluruh instansi ke arah pengembangan ekonomi biru," katanya.

Dengan pengembangan dan upaya optimal maka Babel akan menjadi wilayah yang tidak hanya berbasis komoditas tambang, namun telah bertransformasi ke sektor pariwisata, dengan harapan kontribusi sektor pariwisata meningkat terhadap pembentukan ekonomi Babel.

Hal ini dikatakan Devi menanggapi situasi ekonomi di Babel yang melemah seiring dengan kelesuan sektor tambang timah yang selama ini menjadi tulang punggung dan pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah itu. Harga rata-rata timah dunia dari London Metal Exchange (LME) turun signifikan pada 2023 sebanyak 17,2 persen dibandingkan pada 2022. Rata-rata pada 2022 sebesar 31.382 dollar AS, sedangkan pada 2023 sebesar 25.972 dollar AS.

Faktor Penentu

Menurut Devi, timah merupakan faktor terbesar penentu fluktuasi pertumbuhan ekonomi Babel. Hal ini terlihat dari sejarah pertumbuhan ekonomi, sedikit sentimen terhadap penurunan harga komoditas timah akan menimbulkan gelombang pertumbuhan ekonomi. "Pertumbuhan ekonomi Babel hampir 80 persen masih didorong oleh konsumsi. Masyarakat yang bekerja secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas penambangan timah, pasti akan terdampak secara ekonomi," katanya.

Angka pertumbuhan ekonomi triwulan III-2023 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, tercatat perekonomian Babel tumbuh 4,01 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,13 persen (yoy).

Sebelumnya, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebut transformasi ekonomi akan memitigasi dampak transisi energi di daerah penghasil komoditas SDA. "Perencanaan transformasi ekonomi pascatambang batu bara perlu mengedepankan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih banyak memberikan efek berganda ke masyarakat lokal. Selain itu, perlu diperhatikan juga dampak potensi penurunan produksi batu bara pada sektor ekonomi informal yang selama ini tidak terekam dalam analisis ekonomi makro," kata Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa.

Baca Juga: