JAKARTA - Beberapa daerah penyangga produksi cabai siap memasok kebutuhan selama periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengintruksikan daerah penyanggah seperti Sumedang, Bandung dan Banyuwangi serta di lokasi Gerakan Tanam di Pacitan, Badung, dan Temanggung untuk mensuplai kebutuhan cabai di Jakarta.

Pentingnya jaminan pasokan itu untuk meredam kenaikan harga cabai. Sebab, kenaikan harga cabai saat ini sudah berlangsung sekitar tiga pekan sejak akhir November lalu. Di tingkat petani, harga cabai per lahan menembus angka 30-35 ribu rupiah per kilogram (kg), sedangkan di pasaran menyentuh 60 ribu rupiah kg.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto menaruh perhatian besar atas fluktuasi dan upaya stabilisasi harga cabai. Namun, diakuinya, harga aneka cabai meningkat pada akhir tahun kerap terjadi dalam setahun musim tanam.

"Beberapa penyebab meningkatnya harga aneka cabai antara lain curah hujan ekstrim yang terus terjadi sejak awal November mengakibatkan berkurangnya hasil petikan panen petani, dengan kata lain produksi tidak optimal sehingga terjadi penurunan suplai," ujarnya di Jakarta, Selasa (21/12).

Penurunan suplai, kata Prihasto, berdampak pada kondisi surplus dan minus secara nasional. Indikator surplus di bawah 10.000 ton per bulan selalu sensitif atas pergerakan harga.

Peningkatan konsumsi cabai, menurut Prihasto, juga disebabkan membaiknya penanganan Covid-19 di seluruh wilayah dan telah dimulainya sektor pariwisata dan tempat tempat hiburan masyarakat sudah mulai dilakukan relaksasi.

Sementara, erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur turut mempengaruhi fluktuasi harga sehingga terjadi penurunan, khususnya di pasar induk cabai Pasar Pare Kediri. Sekitar 110 hektar panenan aneka cabai di Lumajang terdampak erupsi. Selama ini, Lumajang sebagai salah satu sentra Cabai penyangga Jawa Timur dan wilayah Jawa lainnya.

Psikologi Pasar

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha mengatakan psikologi pasar akhir tahun mendekati Natal dan Tahun Baru juga secara simultan memberi tekanan pada pasar. Meski demikian, data dari daerah sentra menyebutkan pasokan cabai hingga akhir tahun terpantau aman.

"Data luas tanam yang bersumber dari Statistik Pertanian Hortikultura (SPH online BPS RI), prognosa produksi cabai besar pada bulan November 2021 sebesar 94.016 ton, kebutuhan 81.011 ton, terjadi surplus sebesar 13.005 ton. Sementara pada Desember 2021 sebesar 94.576 ton, kebutuhan 84.082 ton, terjadi surplus 10.494 ton," terang Tommy.

Sementara untuk cabai rawit, prognosa pada November 2021 sebesar 99.629 ton, kebutuhan 77.740 ton, terjadi surplus sebesar 21.889 ton. Pada Desember 2021 diprediksi sebesar 88.001 ton, kebutuhan 80.764 ton, sehingga diperkirakan terjadi surplus 7.237 ton," terangnya.

Baca Juga: