LEBAK - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak meminta wisatawan dan nelayan waspada gelombang tinggi di Perairan Selatan, Provinsi Banten guna menghindari kecelakaan laut.
"Peluang gelombang tinggi di Perairan Selatan Banten berkisar antara dua sampai empat meter berdasarkan laporan BMKG, " kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama di Lebak, Selasa (17/5).
Masyarakat pesisir, wisatawan dan nelayan tradisional tetap mewaspadai gelombang tinggi di Perairan Selatan Banten.
Berdasarkan laporan BMKG cuaca buruk di wilayah Perairan Selatan itu terjadi sejak tanggal 15 sampai 17 Mei 2022.
Oleh karena itu, BPBD Lebak mengimbau wisatawan dan nelayan juga masyarakat setempat agar waspada gelombang tinggi tersebut sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
"Kami sudah menyampaikan surat peringatan kewaspadaan kepada pengelola tempat pelelangan ikan ( TPI) dan pengelola wisata pesisir pantai, " katanya menjelaskan.
Menurut dia, peringatan kewaspadaan gelombang tinggi agar masyarakat, wisatawan hingga nelayan tidak melakukan aktivitas melaut.
Sebab, gelombang hingga empat meter itu cukup membahayakan dan bisa menimbulkan korban jiwa.
Selama ini, kata dia, pihaknya mengapresiasi para wisatawan maupun warga dan nelayan tidak ada korban terseret gelombang tinggi di Perairan Selatan Banten.
Mereka para relawan, Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis), Balawista, TNI, Polri, Pengelola Wisata dan warga setempat selalu menyampaikan informasi juga bkewaspadaan gelombang tinggi.
"Kami bersama relawan juga tidak henti-hentinya menyampaikan peringatan kewaspadaan bahaya gelombang tinggi itu, " katanya menjelaskan.
Sementara itu, sejumlah nelayan di TPI Tanjung Panto Binuangeun Kabupaten Lebak mengaku mereka lebih memilih tidak melaut karena gelombang tinggi disertai angin kencang juga dilanda hujan.
Cuaca buruk tersebut terjadi sejak sepekan terakhir dan cukup membahayakan.
Meski nelayan tradisional pagi ini sudah melaut dan siang hari bisa melakukan transaksi pelelangan, namun kini terpaksa menganggur.
"Kami tidak melaut dan lebih baik berkumpul bersama nelayan lain sekitar pantai sambil menunggu cuaca kembali normal, " kata Acung (50) seorang nelayan tradisional di TPI Tanjung Panto Kabupaten Lebak.