Pemerintah akan membentuk suatu sistem kesehatan yang tangguh dan terintegrasi.

JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan transformasi di bidang kesehatan. Melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), saat ini sedang melakukan transformasi kesehatan yang fokusnya itu ada enam pilar.

"Pandemi ini sebenarnya menjadi momentum untuk pemerintah melakukan transformasi sistem kesehatan di Tanah Air," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Reisa Broto Asmoro, dalam Siaran Sehat di Jakarta, Senin (14/11).

Seperti dikutip dari Antara, Reisa menyebutkan keenam transformasi kesehatan itu adalah transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.

Transformasi kesehatan yang dilakukan Kemenkes, didasari oleh dampak buruk pandemi Covid-19 yang banyak merenggut jiwa serta menguras pendanaan negara. Perburukan juga memperlihatkan kualitas sistem kesehatan Indonesia yang harus ditingkatkan baik melalui kapasitas tenaga kesehatan maupun jenis layanan hingga ketersediaan alat yang memadai masyarakat.

Dalam transformasi layanan primer, Reisa menuturkan pemerintah berupaya mewujudkan layanan kesehatan dasar yang mudah diakses oleh masyarakat, dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif. Misalnya, melakukan penguatan terhadap satu juta kader dan 300 ribu posyandu yang menjadi tombak dalam pemberian layanan kesehatan.

Pada pilar kedua, tambah Reisa, dikembangkan jejaring layanan rujukan untuk penanganan penyakit katastropik yang menyumbang angka kematian terbanyak dengan beban pendanaan yang tinggi, seperti stroke, kanker, jantung, dan ginjal.

Ketahanan Kesehatan

Reisa melanjutkan pada pilar ketiga, pemerintah berupaya mewujudkan sistem ketahanan kesehatan melalui percepatan ketahanan farmasi dan penyediaan alat kesehatan seperti vaksin dan alat kesehatan yang bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga dengan akses dengan mudah dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kemudian guna mewujudkan pilar keempat, Kemenkes terus memastikan setiap pembiayaan yang dikeluarkan masyarakat menjadi cukup, adil, efektif, dan efisien.

Pada pilar kelima, tambah Reisa, pemerintah mendorong peningkatan pada jumlah tenaga kesehatan di seluruh pelosok negeri agar terjadi pemerataan serta meningkatkan kualitas tenaga kesehatan untuk memberikan layanan yang berkualitas sampai ke pelosok daerah.

"Target optimistis yang akan dicapai adalah angka ideal dokter. Jadi, angka idealnya adalah satu dokter dibandingkan 1.000 populasi dan pemenuhan tenaga kesehatan di puskesmas dan RSUD sesuai standar," ujar Reisa.

Sedangkan di pilar keenam, pemerintah akan membentuk suatu sistem kesehatan yang tangguh dan terintegrasi agar setiap pasien yang pergi ke fasilitas layanan kesehatan semua data rekam medisnya menjadi terintegrasi ke dalam satu platform Indonesia health service bernama adalah Satu Sehat.

"Ini dilakukan inovasi bioteknologi untuk menerapkan pengobatan yang lebih profesional dan berpresisi," katanya.

Reisa berharap dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-58, seluruh masyarakat dapat menjadikannya waktu untuk mengingat kembali perjalanan panjang bangsa Indonesia yang jatuh bangun berusaha keluar dari pandemi, untuk lebih menguatkan vaksinasi dan protokol kesehatannya, sehingga bisa mengendalikan situasi sampai hari ini.

"Dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-58 tahun ini, kita harus bersama-sama untuk bangkit dan terus menjaga kesehatan diri juga negara kita," kata Reisa.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan Kemenkes menilai dunia harus mempersiapkan investasi kesehatan untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan (prevention, preparedness, dan response/PPR) pandemi.

Baca Juga: