Vaksin Covid-19 menjadi salah satu upaya memberi antibodi agar seseorang memiliki imun dari serangan virus korona.

JAKARTA - Subvarian Omicron XBB dan BQ.1 mulai mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), varian baru tersebut terdeteksi di 10 provinsi, yaitu Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kepulauan Babel, Lampung, dan Sumatera Utara, dan Riau.

"Varian baru XBB, BQ.1 sekarang sudah 25 persen dari proporsi kasus. Nanti bisa menggeser varian sebelumnya," kata Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, saat konferensi pers yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu (16/11).

Menurut Syahril, berdasarkan laporan Kemenkes, varian baru tersebut terdeteksi pertama kali di Indonesia pada 25 September 2022 berupa XBB sebanyak 37 kasus, dan BQ.1 sebanyak 50 kasus per 30 September 2022.

Dalam sebulan terakhir, kata Syahril, pasien yang dirawat di rumah sakit berkisar 10 ribu orang, 5 persen di antaranya menjalani perawatan intensif, dan sisanya di non-ICU.

"Dari yang dirawat 10 ribuan kasus, 84 persen pasien di antaranya belum booster dan 50 persen belum divaksinasi," kata Syahril.

Syahril, yang juga Dirut RSPI Sulianti Saroso, mengatakan vaksin Covid-19 adalah upaya dalam memberi antibodi agar seseorang memiliki kekuatan tubuh dari serangan virus korona.

"Pesan dari kejadian ini, orang yang masuk rumah sakit dan dirawat, jumlahnya tinggi karena belum booster," katanya.

Dari angka kematian dalam sebulan terakhir sekitar 1.373 kasus, kata Syahril, sekitar 74 persen belum memperoleh booster dan 50 persen belum divaksin. "Artinya, dari pasien yang dirawat dan kemudian meninggal, tinggi jumlahnya sekitar 74 persen," katanya.

Risiko Tinggi Kematian

Kajian lainnya dari Kemenkes, kata Syahril, hampir 52 persen pasien berusia lanjut yang belum vaksin dan booster sehingga berisiko tinggi kematian. "Jangankan usia lanjut, yang belum pun dengan komorbid segera vaksin untuk lindungi diri," katanya.

Syahril mengingatkan semua pihak harus mewaspadai potensi peningkatan kasus Covid-19 saat momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Aktivitas yang mengumpulkan masyarakat di satu tempat seperti konser dan pertemuan harus mengutamakan protokol kesehatan.

"Nataru, kita perlu waspada, meskipun tidak perlu terlalu panik. Kalau ada konser dan pertemuan massal ya betul-betul berhati-hati," ujar Syahril.

Dia mengingatkan pentingnya vaksinasi untuk meminimalisir keparahan dari penularan Covid-19. "Vaksin ini upaya kita memberikan antibodi agar seseorang mendapat kekebalan agar jika terkena virus lebih ringan dampaknya," jelasnya.

Dari segi usia, 52 persen pasien dirawat itu usia lanjut. Syahril menekankan pentingnya vaksinasi sebab di luar lansia masih dapat terpapar dan masuk rumah sakit.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, memastikan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali menggunakan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Prokes disosialisasikan secara menyeluruh kepada semua peserta.

Dia menyebut peserta minimal sudah vaksinasi dua kali. Meski tidak ada kewajiban PCR atau antigen, semua kegiatan terutama yang melibatkan tamu VVIP tetap melaksanakan tes Covid-19.

"Kegiatan-kegiatan lain dan beberapa kegiatan harus dilakukan tes antigen. Sedikit sekali seperti seminar dan workshop satelit yang tidak wajib pemeriksaan antigen, tapi panitia tetap menyediakan tes antigen," terangnya.

Nadia memastikan penyelenggara juga menyediakan penanganan dan deteksi tini. Jika ada peserta merasakan sakit, akan segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. "Prokes penggunaan masker di dalam dan luar itu pilihan, tapi kita imbau," ucapnya.

Baca Juga: