JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Rabu (28/7) mengumumkan bahwa Covax akan menerima sebanyak 250 juta dosis vaksin Covid-19 yang akan disumbangkan selama enam hingga delapan pekan ke depan.

Sumbangan vaksin itu diharapkan bisa terus memacu upaya pengentasan pandemi Covid-19 yang bertujuan untuk memastikan negara-negara miskin dapat mengakses vaksin setelah sejauh ini telah berhasil mengirimkan 152 juta dosis vaksin ke 137 wilayah/negara yang turut berpartisipasi dalam inisiatif ini.

Dalam laporan operasional mingguan terbaru Covax, WHO mengatakan bahwa pada pertemuan Tim Manajemen Krisis PBB baru-baru ini, akan ada peningkatan sumbangan vaksin ke fasilitas Covax yang tambahannya diproyeksikan berjumlah 250 juta vaksin selama enam hingga delapan minggu ke depan.

Ketimpangan Vaksin

Pabrik Serum Institute of India, yang memproduksi dosis AstraZeneca, seharusnya menjadi tulang punggung awal rantai pasokan Covax. Tetapi kemudian India membatasi ekspor vaksinnya untuk memerangi lonjakan virus korona di dalam negerinya.

Akibat masalah itu, kini Covax semakin bergantung pada dosis yang disumbangkan dari negara-negara kaya yang telah membeli lebih banyak pasokan daripada yang mereka butuhkan.

"Permintaan vaksin global jauh melampaui pasokan, membuat jutaan orang yang paling rentan tidak terlindungi, sementara cakupan vaksin yang lebih tinggi di seluruh dunia adalah salah satu perisai terbaik kami terhadap varian baru," kata ketua eksekutif Gavi, Seth Berkley.

Secara total untuk periode 2021-2022, Covax mengharapkan setidaknya 610 juta dosis yang akan disumbangkan. Dari jumlah tersebut, 260 juta berasal dari Amerika Serikat, 200 juta dari negara-negara Uni Eropa, 80 juta dari Inggris dan masing-masing sekitar 30 juta dari Kanada dan Jepang.

Berdasarkan laporan perhitunganAFP, saat ini hampir empat miliar dosis vaksin Covid-19 telah disuntikkan di seluruh dunia di setidaknya 216 wilayah.

Saat ini sebagian besar vaksin Covid-19 membutuhkan dua dosis suntikan agar bisa memberikan perlindungan penuh.

Sebelumnya WHO menyatakan pihaknya amat berang atas terjadinya ketimpangan terhadap akses vaksin Covid-19 antara negara-negara kaya dan miskin itu. AFP/I-1

Baca Juga: